27. Selingkuhan Arez

33 7 0
                                    

"Hati manusia nggak ada yang tahu!"

🌞🌞🌞

"Mentari! Tungguin gue!" Afika berteriak dan berlari mencoba mengejar Mentari.

Mentari berjalan lebih cepat dan berbelok ke arah taman. Dia meremas dadanya yang sakit. Apa yang telah Afika katakan membuat Mentari marah. Marah tahu sahabatnya dibuat pusing akan kelakuan Arez yang kelewatan.

"Gila aja! Apa maunya?"

"Katanya dia mau balas dendam sama pacarnya."

"Pacarnya selingkuh? Terus Arez minta lo bantu dia?"

"Hmm, iya. Tapi gue belum jawab kok. Gue juga mikir-mikir."

"Telpon Arez!"

"Buat apa?"

"Gue yang omong! Fik, gue nggak masalah kalau dia niat jahat sama gue. Tapi disini dia mau macam-macam sama lo. Telpon dia, gue yang akan jawab."

"Tenang, oke. Kenapa lo yang marah? Gue juga belum jawab."

"Tapi akhirnya lo bakal lakuin kan?"

Afika menunduk dalam, dia tak berani menatap Mentari yang sekarang sangat marah. Dia tak punya niatan untuk memberitahu Mentari awalnya. Dia ragu! Tapi hatinya butuh seseorang yang mendengarkan dirinya.

"Telpon dia sekarang. Kalau dia mau balas dendam, nggak usah buat orang lain susah. Gue nggak peduli betapa sakit hatinya Arez, tapi kalau itu buat lo ikut campur gue nggak bisa diam aja. Emang lo mau jadi selingkuhan?"

"Nggak."

"Seseorang yang normal juga nggak akan mau, Fik. Telpon dia, gue yang akan bicara sama Arez."

Afika mengambil handphonenya dan menelpon Arez detik itu juga. Mentari menunggu dan mengambil handphone Afika.

"Hallo! Jadi gimana? Lo mau bantu gue kan?"

"Ini gue Mentari, maksud lo apa seret Afika dalam masalah percintaan lo?"

"Mentari? Afika mana? Gue mau bicara sama dia."

"Gue yang akan bicara sama lo. Putusin aja pacar lo kalau dia selingkuh, buat apa dipertahanin. Kalau lo mau balas dendam, buat aja lo lebih sempurna dari pada selingkuhannya. Nanti juga pacar lo nyesel putus. Nggak usah cari cewek kalau niatan lo kayak t*i. Bye."

Mentari menutup sambungan dan memberikan kembali handphonenya pada Afika. Afika mengatupkan mulutnya setelah mendengar ucapan Mentari. Bagi Mentari, ada seseorang yang begitu membuatnya tak suka. Seseorang yang mencari orang lain untuk tujuan menghibur dirinya. Semacam sebuah pelarian, tak akan ada akhir bila seseorang hanya untuk dijadikan pelarian atau selingkuhan. Mungkin awalnya akan begitu manis seperti kue. Tapi akhirnya dia akan menjadi pahit bila terus memakan makanan manis berulang-ulang. Tak ada yang manis lagi.

"Anak SMP aja udah kayak gini gimana kalau SMA? Kalau dia masih ajakin lo lagi. Tolak aja, kalau dia malah datangi lo. Suruh kayak gue tadi, jangan pernah mau jadi selingkuhan Arez!"

🌞🌞🌞

"Tunggu!"

Arez menunggu Mentari dan Afika di dalam gerbang sekolah. Dia merentangkan tangannya mencegah mereka keluar. Mentari turun dan bersiap melawan Arez yang berniat tidak baik dengan temannya.

"Apa lagi? Masih kurang?"

"Gue nggak ada urusan sama lo! Gue mau bicara sama Afika!"

"Soal yang tadi kan? Untuk apa? Kalau lo cuma main-main, mending orang lain aja Rez. Lo butuh karena lo sendiri nggak bisa selesain urusan lo sama pacar lo kan?" Mentari menunjuk bahu Arez dan mendorongnya.

Ada rasa kesal di diri Mentari saat melihat wajah Arez tak merasa bersalah sedikitpun. Apa memainkan perasaan orang lain adalah hobi Arez? Afika turun dari motornya dan menahan Mentari.

"Udah, Tar. Ayo, pulang!" Afika menarik Mentari.

"Fik, gue mau bicara sama lo. Please!" Wajah Arez begitu memelas.

Afika mengigit bibirnya, dia juga tak mau bicara dengan Arez. Dia bukan seseorang yang dibutuhkan Arez untuk menyelesaikan masalahnya. Mentari menatap Afika dan melihat Arez yang masih gigih berbicara.

"Lo mau bicara kan? Kita ke taman!"

Setidaknya jika mereka bicara dengan Mentari. Arez tidak akan lagi mengganggu mereka. Mungkin Arez hanya butuh saran dari seseorang untuk masalahnya.

🌞🌞🌞

"Kenapa lo nggak putus aja sih, Rez? Gue nggak tahu lo nunggu apa lagi? Mau bales dendam sama mereka?"

Mentari tak habis pikir dengan jalan pikiran Arez. Kenapa harus membuat skenario yang mengharuskan Afika menjadi selingkuhannya? Apa itu akan membuat pacarnya kesal? Atau dengan begitu mereka bisa berpisah dengan mudah? Mentari menutup matanya, dia sangat kesal sekarang.

"Gue nggak tahu harus minta bantuan siapa. Temen cewek gue juga dia udah tahu semua. Percuma juga kan? Gue cuma mau buat dia sakit hati kayak gue."

"Emang pacar lo masih sayang lo? Maaf, kalau gue bicara kayak gini. Kalau dia selingkuh itu artinya dia udah nggak punya perasaan sama lo. Hati manusia cuma satu, kalau dia pilih orang lain itu artinya hati dia juga berpindah. Manusia mana ada punya dua hati, kalau iya. Dia maruk." Mentari menghembuskan napasnya kesal.

Dia pernah mendengar dan melihat perselingkuhan. Di Tv, Drama, kehidupan sehari-harinya. Manusia sejak awal hanya punya satu hati untuk seseorang. Lalu jika dia mencintai dua orang? Mungkin saja hatinya hanya terbagi-bagi dan tidak seutuh mencintai satu orang. Mentari melirik Afika yang menunduk diam. Apa temannya masih memikirkan perkataan Arez?

Dia tahu betul Afika masih menyimpan rasa pada Arez. Mana mungkin Afika tidak memikirkan orang yang duduk di depan Mentari ini.

"Gue masih cinta sama dia. Tapi, gue juga benci saat lihat dia sama temen baik gue. Mereka selama ini udah berhubungan sejak lama. Gue kira mereka cuma temen aja. Anj*ng banget jadi cewek."

"Hmm, tapi Rez. Gue nggak bisa bohong sama orang. Bener kata Mentari, daripada lo bertahan, kenapa lo nggak putus aja?" Afika mencoba tersenyum.

"Gua nggak bisa maafin dia gitu aja."

Hati manusia sulit untuk di tebak. Terkadang itu akan jadi membahagiakan untuk beberapa waktu dan menyakitkan untuk waktu lain. Mentari melihat langit yang berubah menjadi mendung.

"Terus kalau lo bales dendam, apa itu buat lo puas? Yang ada lo makin benci sama dia. Lepasin aja Rez, suatu saat nanti dia juga bakal ngerasain hal yang sama kayak lo mungkin lebih sakit."

"Bener, Rez."

"Kalian nggak akan tahu apa yang gue rasain." Arez memalingkan wajahnya.

Mentari menahan kepalan tangannya. Harusnya dia tidak mengajak Arez berbicara.

"Terserah lo juga mau gimana. Yang jelas jangan seret Afika! Kita berdua pulang dulu." Mentari menarik Afika pergi.

Membujuk Arez sama saja sedang berhadapan dengan partai yang sedang mendengarkan suara rakyat. Sama-sama tidak akan didengarkan tapi sangat dibutuhkan.

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang