48. Seseorang Jatuh Cinta

28 5 0
                                    

"Apa yang saya rasakan sekarang dan apa yang kamu rasakan sekarang adalah sebuah hal yang sama. Cinta."

🌞🌞🌞

"Tar, kayaknya gue mulai aneh nih!"

"Lo sakit?"

"Siapa yang sakit?"

"Katanya lo mulai aneh, mungkin aja gejala awal sakit." Mentari menatap Afika serius.

"Tar, bukan kayak gitu. Gue nggak sakit, lo mau dengerin gue nggak?"

"Apa?"

Mentari menutup bukunya dan mendengarkan Afika yang akan berbicara padanya. Afika menarik napasnya dan melihat di sekeliling perpustakaan yang sepi. Dia tidak mau orang-orang mendengarnya. Terutama orang yang bersangkutan.

"Kayaknya gue lagi suka sama orang."

"Siapa? Arez? Lo suka sama Arez lagi?"

Afika menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyukai Arez, untuk apa dia menyukai Arez?

"Terus siapa? Jangan bilang sama Oppa-Oppa Korea?"

"Bukan! Pokoknya dia cowok disini, gue harus gimana Tar? Masa gue suka sama dia, setiap hari dia jahilin gue, bicara sama gue, perhatian tapi perhatiannya beda, terus pas gue nggak ada temen dia mau ajak gue bicara. Gue nggak tahu harus apa. Gue pasti suka sama dia! Tar, gue harus apa?"

"Pfttt... Sadam?" Tebak Mentari.

"Hmmm... Masa gue suka sama Wibu? Tapi dia baik terus dia itu ganteng, Tar! Pas lepas kacamata gue baru sadar kalau dia itu mirip Migyu Oppa!"

Migyu siapa? Mentari mengingat-ingat apakah Afika pernah menunjukkan wajah Migyu yang dimaksud. Tapi bagi Mentari, Sadam hanya anak biasa-biasa saja. Beda halnya ketika seseorang jatuh cinta. Dia akan melihat orang yang disukainya akan menjadi seseorang paling tampan di dunia. Mentari menahan tawa ketika Afika justru menyukai Sadam lebih dulu.

"Namanya juga perasaan mau gimana? Kalau dia Wibu juga nggak apa-apa. Lo kan jatuh cinta sama orangnya bukan seleranya. Kalau udah cinta pasti lo suka apa yang Sadam suka."

"Gue nggak anime-animean!"

"Gue juga! Tapi gue seneng lo suka sama Sadam!"

"Kenapa?" Tanya Afika ingin tahu.

"Sadam anaknya baik, dia juga orangnya sholeh bisa nuntun lo ke arah yang benar!"

"Emangnya gue nggak bener?"

"Bener cuma kadang-kadang aja! Hahaha... Suka ya suka aja! Emang Sadam suka sama lo nggak?" Tanya Mentari pada Afika.

Dia tidak terlalu dekat dengan Sadam, dia juga tidak tahu apakah laki-laki pencinta anime itu menyukai Afika atau tidak. Afika menunduk dan memainkan tangannya. Dia juga tidak tahu bagaimana perasaan Sadam padanya. Yang Afika tahu Sadam sering kali mengganggunya di banyak kesempatan.

"Nggak tahu!"

"Lo mau nyerah atau lanjut? Kalau lanjut ya lo kejar dia! Biasanya juga lo yang kasih wejangan percintaan sama gue. Kenapa sekarang justru lo yang kelabakan?"

"Soalnya ini masalah gue, masalah orang lain tuh kayak mudah banget tapi kalau masalah sendiri selesainya minta ampun."

"Emang sih. Mau gue bantuin?"

"Nggak, Tar. Gue harus jadi contoh percintaan baik buat lo. Lo aja masih gitu-gitu aja, setidaknya gue harus bisa buat Sadam suka sama gue! Gue tunjukin gimana cara cowok suka sama cewek."

"Gue tunggu tutorialnya!"

"Pertama-tama, gue harus tahu Sadam suka apa aja kecuali anime."

"Kenapa lo nggak coba tonton anime juga? Siapa tahu selera lo cocok sama dia!"

"Ih, gue nggak suka jadi Wibu!"

"Emang apa salahnya jadi Wibu? Gue masih bingung, perkataan lo kayak orang-orang yang bilang mereka nggak suka K-Pop."

Afika tersentak mendengarnya, dia merasa dirinya sama saja dengan orang-orang yang tidak menyukai seleranya. Bukankah mereka juga berpikir hal sama dengan hal yang berbeda? Afika berdiri dan berjalan keluar. Dia harus melakukan sesuatu.

"Mau kemana?" Tanya Mentari.

"Gue mau nonton anime! Biar Sadam juga bisa nonton K-Pop!"

🌞🌞🌞

Mentari memperhatikan Bintang yang sibuk mengerjakan tugas di papan tulis. Dia juga tidak tahu apakah dia jatuh cinta pada Bintang atau tidak. Apakah perasaannya pada Langit telah berubah? Atau memang dia tidak menyukai Langit sejak awal? Mentari tidak tahu bagaimana seseorang bisa jatuh cinta? Apa yang mereka rasakan seperti dirinya? Atau Mentari terlalu dini mengartikan perasaannya?

"Tar, kamu kenapa?"

"Bin, gue mau tanya."

"Apa?"

"Jatuh cinta itu kayak gimana? Lo bisa jelasin ke gue nggak?"

"Jatuh cinta? Mungkin seperti benda asing yang datang dan merusak segalanya. Merusak sistem pada otak dan pikiran. Membuat kita tidak tahu apa bedanya antara dunia dan kenyataan. Seakan dunia hanya terisi oleh dia dan seseorang yang dia sukai. Mungkin seperti itu, Tar."

"Bisa lebih spesifik nggak?"

"Maksudnya jantung berdebar-debar dan meningkatnya hormon di tubuh. Membuat keringat dan panas keluar dari tubuh. Rasa aneh pada tubuh kita seperti getaran di perut. Apa itu yang kamu maksud?"

Mentari mendengarkan penjelasan Bintang seksama. Dia masih kebingungan tentang seseorang yang jatuh cinta. Tapi dia juga merasakan jantung berdebar-debar, keringat di tubuh dan hawa panas di wajah, perut seperti tergelitik sesuatu. Dia merasakannya.

"Memangnya kenapa kamu tanya, Tar?"

"Oh, Afika lagi suka sama orang. Gue mau tahu aja kenapa dia suka sama orang itu."

"Saya kira karena kamu sudah jatuh cinta sama saya, Tar. Ternyata saya yang berharap lebih." Bintang menunduk dan menulis sesuatu di bukunya.

"Bin!" Panggil Mentari.

"Iya?"

"Apa lo juga ngerasain itu sama gue? Apa jantung lo berdebar-debar? Apa lo seperti digelitiki sesuatu? Apa hawa panas lo itu juga? Apa semua itu lo rasain saat sama gue?"

"Apa saya perlu buktikan, Tar?"

Bintang menatap wajah Mentari dan menarik tangan Mentari untuk menyentuh dadanya yang berdetak sangatlah cepat. Tangan begitu panas saat memegang tangan Mentari dan wajahnya yang memerah. Serta sesuatu yang aneh pada diri Bintang yang hanya bisa dirasakan Bintang. Mentari merasakan hal-hal itu.

"Apa kamu juga merasakan hal yang sama dengan saya, Tar?"

Mentari menyentuh dadanya yang berdebar-debar dan hawa panas pada wajahnya. Perutnya juga seakan berkumpul banyak kupu-kupu yang berterbangan. Dia tidak ingin Bintang tahu akan hal itu. Dia ingin memastikan perasaannya sendiri.

"Gue..."

"Mentari! Mentari!" Seseorang berteriak di meja Langit berada. Faisal melambaikan tangannya pada Mentari.

"Apa?"

"Langit! Badannya panas banget! Gue udah coba bangun, dia nggak bangun-bangun." Faisal menggoyangkan tubuh Langit.

Mentari menarik tangannya dari Bintang dan memeriksa keadaan Langit yang begitu lemah. Napas Langit tidak beraturan dengan keringat yang membasahi wajahnya. Mentari menyentuh dahi Langit yang begitu panas.

"Bawa ke UKS!"

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Ada apa sama Langit?

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang