36. Kota Ini Jakarta

31 5 0
                                    

"Setiap manusia memiliki kesalahan tapi ada yang mau berubah dan bodoh amat sama sekali."

🌞🌞🌞

"Wahh..." Raka terdiam di depan sebuah akuarium besar. Ada ikan-ikan yang berenang kesana-kemari. Batu karang yang cantik dan banyaknya warna-warna di dalam. Raka jadi tahu kenapa papanya sangat menyukai laut sampai  tidak pernah pulang ke rumah.

"Lukisan teman lo yang mana?" Tanya Mentari.

"Kamu tadi lihat lukisan hitam putih?"

"Oh, yang gambarnya plastik sama ikan?"

"Iya, itu karya teman saya di Bandung."

"Bagus, Bin. Teman lo pasti pinter gambar! Gue takjub sama lukisannya. Kenapa bisa buat kayak gitu? Gua nggak bisa."

Sejauh yang Mentari tahu, dia tidak berbakat dalam hal seni. Dia hanya anak biasa-biasa saja dengan kepintaran juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial darinya. Bahkan dia juga tidak menemukan sesuatu yang membuatnya menjadi seseorang yang pantas untuk dikagumi. Berbeda dengan teman Bintang yang bisa membuat karya yang dikagumi semua orang. Dia sama sekali tidak ada apa-apanya.

"Setelah ini, kamu sama Raka langsung pulang?"

"Iya kayaknya. Tapi biar Raka puas dulu mainnya, dia suka lihat laut. Mungkin karena papa kerja di kapal, jadi Raka ingat papa terus disini. Dia juga seneng banget lihat kapal besar tadi."

"Berapa lama kerja di kapal?"

"Hmm... Sejak gue kecil, lama banget. Jarang pulang juga, jadi gue nggak terlalu dekat sama papa. Raka juga. Kalau papa pulang, Raka paling nggak ingat terus anggap papa orang asing. Tapi kayaknya beberapa tahun lagi papa bakal pensiun dan milih kerja di rumah."

"Papa saya juga. Dari saya kecil saya tinggal sama mama saya. Papa saya bekerja di Jakarta dan saya di Jogjakarta. Kami jarang bertemu sampai waktu saat saya lulus SMP. Papa meminta saya dan mama tinggal di Jakarta. Tapi mama dan papa lebih sering bertengkar. Baru beberapa bulan yang lalu, kami baru tahu bahwa papa memiliki istri lain disini. Mereka juga memiliki seorang anak perempuan seusai dengan Raka. Saya sangat terkejut setelah tahu apa yang papa lakukan di belakang mama. Saat tinggal di Yogyakarta, saya kira papa membenci saya karena saya tidak cukup untuknya bangga. Tapi karena papa memiliki keluarga lain yang jauh lebih bahagia. Saya merasa saya tidak diinginkan olehnya."

"Bin, lo itu orang yang paling pintar yang pernah gue temuin. Lo juga baik sama sayang sama anak kecil. Gue kira papa lo nggak tahu aja kehebatan lo kayak gimana. Tapi yang perlu lo tahu, orangtua nggak ada yang tumbuh sempurna. Mereka juga pertama kali menjadi sosok orangtua. Mungkin banyak kurangnya atau justru banyak kesalahannya. Mereka juga nggak bisa tebak masa depan kayak gimana. Entah pernikahan akan berjalan dengan bahagia atau justru sebaliknya. Gue sangat menyayangkan mereka yang nggak ingat bahwa diantara mereka memiliki anak yang perlu diperhatikan. Lo boleh marah sama papa lo. Lo boleh kok benci dia. Kenapa anak harus jadi pemaaf? Gue jadi banyak bicara kayak gini. Maaf ya!" Mentari memukul mulutnya sendiri.

Dia juga tidak tahu apakah papanya akan bangga padanya atau tidak. Dia juga sering berpikir apakah papanya setia pada mamanya. Banyak cerita tentang perselingkuhan akhir-akhir ini dan mengkhawatirkan akan hal itu terutama karena papanya yang jarang pulang ke rumah seperti papa Bintang. Jika saat itu terjadi yang dipikirkan Mentari adalah merebut harta papanya dan mengusir papa dari rumah. Memblokir semua kontak dan hidup dengan mama dan Raka. Mentari akan jadi orang pertama yang berdiri di depan mama dan Raka. Dia akan jadi orang pertama yang akan memukul papanya. Itu sudah dia rencanakan sejak Mentari tahu apa artinya perselingkuhan. Mentari sangat membenci akan hal itu!

"Buktiin ke papa lo kalau dia buat keputusan yang salah. Dia harus tahu kalau anak laki-laki adalah anak laki-laki terhebat di dunia. Gimana mama lo? Senang nggak sama mama gue? Maaf ya Bin, kalau mama banyak bicara yang nggak-nggak. Gue jadi nggak enak!"

"Pfttt... Kamu mirip sama mama kamu, Tar! Mama saya senang setelah bertemu mama kamu. Mama banyak cerita kalau mama diundang di banyak acara disana. Terima kasih untuk hari ini, saya senang ketemu dengan kamu disini. Terima kasih juga sudah mau jadi pendengar untuk cerita saya."

"Santai aja! Gue juga nggak suka sama orang selingkuh!"

"Kalau ada pemeran lagi, kamu mau pergi dengan saya, Tar?"

Mentari menatap Raka yang sibuk mengikuti ikan di dalam akuarium. Ke kanan dan ke kiri. Pikirkan Mentari berkelana mencari jawaban atas pertanyaan atau ajakan Bintang padanya.

"Boleh."

🌞🌞🌞

"Lo bawa mobil?"

"Iya, hari libur Pak Anto libur. Saya bawa sendiri kesini. Ayo, saya antar pulang."

Raka berlari lebih dulu memasuki mobil saat Bintang membukakannya. Anak itu berbaring dan tertidur di belakang. Mentari menutup wajahnya malu atas perbuatan adiknya yang tidak tahu malu.

"Bin, bisa tukar tambah adik nggak sih?"

"Memangnya bisa?"

"Bisa kali ya? Malu-maluin soalnya, maaf ya, Bin. Gue jadi repotin lo!"

"Rumah kita searah, saya bisa antar jemput kamu ke sekolah kalau boleh."

"Nggak usah, gue tambah nggak enak." Mentari masuk ke dalam mobil di bagian depan.

Adiknya menempati seluruh kursi belakang dengan dengkuran yang lumayan keras. Raka sudah melalui hari ini dengan banyak melihat laut dan berbagai hal yang membuat dirinya lelah. Jika liburan lagi, dia akan meminta mama dan papanya untuk mengajak Raka ke wahana air. Mereka harus tahu kelakuan anaknya.

"Kita berhenti untuk makan, kamu mau makan apa?"

"Di rumah aja, Bin. Mama buat banyak makanan di rumah. Lo mau kan mampir?"

"Iya, saya mampir."

"Okey, jadi makanan mama ada yang bisa habisin. Soalnya Langit sakit, kita sebenarnya mau makan di rumah habis dari sini. Tapi nggak jadi. Sayang kalau nggak ada yang makan."

"Kamu bantuin?"

"Iya, siapa lagi coba? Raka mana bisa bantuin mama."

"Jadi makanannya pasti enak! Saya jadi lapar, Tar!"

"Sabar! Jakarta mecat, pasti lama. Sabar, Bin!"

Bintang tersenyum dan menjalankan mobilnya memasuki jalanan yang akan menghambat mobil mereka untuk berjalan. Jakarta akan menghentikan laju mobil, perlambatan kendaraan, dan membuat semakin lama mereka sampai ke tujuan. Tapi bagi Bintang, saat inilah hal yang dia inginkan. Waktu yang melambat untuknya dan Mentari.

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang