"Kalau kamu sakit, aku juga sakit!"
🌞🌞🌞
"Kalian tujuh orang, ini tanda tangannya. Hati-hati!"
Mentari menerima tanda tangan terakhir. Dia berhasil menyelesaikan semuanya dengan orang-orang disampingnya. Tinggal pulang menuju tenda dan mereka berhasil untuk tidur pulas.
"Tar, kok lo berani sih?" Tanya Afika yang sejak tadi mengikuti apa yang Mentari lakukan.
"Gue juga takut! Kok lo berani, Tar."
"Apa lo nggak percaya setan?"
"Hmm? Oh, gue ngantuk banget! Gue mau tidur aja habis ini! Cepak rasanya!" Mentari telah melalui hari panjang dan melelahkan.
Lelah jiwa, lelah hati, lelah pikiran, dan lelah tubuh. Yang ada dipikiran Mentari hanya ingin tidur dan tidur saja. Hanya itu!
Tenda-tenda mulai terlihat disana. Mentari tersenyum dan berjalan dengan riang menuju tenda. Dia akan tidur!
"Arghttt... Hahaha..."
Semua orang berkumpul mengelilingi seorang anak yang berteriak histeris. Semua orang sangat takut dan merasa was-was terutama Afika yang memeluk Mentari. Setiap acara besar kenapa selalu ada anak yang kesurupan?
Mentari menepuk dahinya dan bergerak menuju tendanya. Dia akan bertanya besok pagi saja! Dia ingin tidur!
"Gue takut, Tar! Ih, dia kesurupan! Pasti banyak setan disini!" Afika terus memeluk Mentari.
"Dimana-mana pasti ada setan! Tidur aja, jangan coba buat deketin orang kesurupan. Nanti bisa nular, kalian juga nggak usah lihat. Mending makan atau tidur. Gue mau tidur langsung!"
"Lo nggak mau lihat?" Tanya salah satu dari mereka.
"Nggak deh! Udah, gue mau tidur."
Hanya satu keinginan Mentari, tidur dan bermimpi agar camping ini berakhir tanpa masalah.
🌞🌞🌞
"Tar, lo nggak sakit kan?" Afika menyentuh dahi Mentari.
"Nggak."
"Tapi panas! Lo pasti kecapekan, pantas aja lo langsung tidur semalem. Ke tenda panitia aja, tidur disana lebih enak. Lo panas benget!"
Mentari menggeleng pelan, dia baik-baik saja. Dia tidak mungkin sakit hanya karena kelelahan. Afika keluar dari tenda sejenak. Mentari tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia merasa tidak melakukan apapun yang berat.
"Sakit?" Langit membuka tenda melihat Mentari yang tengah berbaring.
"Nggak!"
"Nggak apa sih? Ini panas banget dahi lo." Langit menyentuh dahi Mentari.
"Gue nggak apa-apa, sana keluar ini tenda cewek!"
"Sebentar lagi ada upacara! Emang lo yakin bakalan bisa berdiri lama. Gue bawa ke tenda panitia aja!"
"Nggak usah!"
"Udah Lang, bawa aja!" Afika tidak mau melihat sahabatnya terkapar tidak berdaya.
"Nurut aja kali ini!" Langit segera membopong tubuh Mentari.
Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Mentari. Mentari menutup wajahnya malu, dia tidak sesakit itu untuk di bantu Langit. Dia juga tidak bisa menolak dua temannya yang semakin banyak memberikannya wejangan. Mentari lelah. Dia ingin tidur dan beristirahat tanpa diganggu.
"Fik, lo pergi aja. Biar gue yang urus nih anak."
"Tar, gue ke temen-temen ya. Lo istirahat aja nggak apa-apa! Lang, jagain dia ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Kaca ( END )
Teen FictionIni sebuah kisah tentang sebuah pendewasaan diri dari seorang anak yang memahami apa arti sebuah cinta.