41. Kenangan Villa

23 3 0
                                    

"Ketika semua hal sibuk di dunia ini, aku sibuk memperhatikanmu!"

🌞🌞🌞

"Oma!" Seru Bintang pada Omanya yang merentangkan tangannya.

"Bintang! Oma kangen banget sama kamu!" Oma Bintang memeluk Bintang erat. Dia sangat merindukan cucu laki-lakinya ini.

"Bintang bawa teman-teman. Perkenalkan Oma, ini Afika, Mentari, Sadam, dan Langit." Bintang memperkenalkan teman-temannya yang datang bersamanya.

Mentari tersenyum dan mencium tangan Oma. Dia begitu kagum pada Villa yang ditempati oleh Oma Bintang. Sangat besar dan luas, begitu bersih dan sangat terawat. Sebelum datang, dia juga melihat area persawahan dan sungai yang dibicarakan Bintang sebelumnya. Dia sangat menikmati tempat seperti ini. Udara di Jakarta yang penuh dengan polusi begitu berbeda dengan tempat ini.

"Ayo, masuk ke dalam. Oma udah siapin kamar untuk kalian. Jangan malu-malu, anggap saja rumah sendiri! Oma jadi seneng banyak tamu yang datang apalagi temennya Bintang." Oma tersenyum pada mereka.

"Tar, Tar! Kalau lo jadian sama Bintang mantap sih! Ini mah mahal banget!" Bisik Afika.

"Sttt... Jangan bicara sembarangan! Kita tamu disini!"

"Tapi ya..."

"Fik, jangan bicara macam-macam sama Oma nya Bintang. Kami cuma teman aja."

Mentari tidak ingin Oma Bintang berpikiran macam-macam padanya. Mentari sangat lelah untuk disalahpahami orang-orang.

"Tar, Fik. Kamar kalian disini." Bintang membuka satu kamar dengan tempat tidur yang besar untuk mereka berdua.

"Makasih, Bin." Ucap Mentari.

"Istirahat Tar, kalau sudah ke meja makan. Oma masakin makanan untuk kita semua."

"Iya!"

Afika berlari dan melompat ke tempat tidur. Dia sangat lelah dan mengantuk. Akhirnya dia merasakan kenyamanan kasur empuk dengan pemandangan yang indah di luar sana. Mentari membawa barangnya dan melihat persawahan yang begitu luas dan sungai yang mengalir jernih. Dia ingin sekali pergi kesana untuk melihat-lihat.

"Lihat apa sih, Tar?"

"Sawah sama sungai kecil! Gue mau kesana."

"Lo nggak pernah aja lihat sawah sama sungai."

"Tapi cuma lewat. Kesana, yuk!" Ajak Mentari bersemangat.

"Kita istirahat terus makan, oh ada sinyal nggak ya? Gue harus lihat Oppa dulu baru semangat!" Afika memeriksa handphonenya. Dia melihat sinyal yang keluar masuk. Afika mencari-cari kesana-kemari dan tidak menemukan sinyal apapun di handphonenya.

"Gue mau makan!" Mentari mengikat rambutnya dan melihat Afika yang masih mencari sinyal handphone.

"Masa tempat ini nggak ada sinyal? Ini nggak kan pelosok banget, masa nggak bisa main hp."

"Kita kan mau seneng-seneng disini. Taruh aja, kita makan. Nggak main sementara juga nggak apa-apa. Ayo, Fik."

"Hah... Jadi males!" Afika mengikuti Mentari yang keluar lebih dulu. Tapi dia akan menemukan sinyal dimanapun itu berada bahkan di atas gunung sekalipun!

🌞🌞🌞

"Jernih airnya!" Mentari duduk dipinggir sungai dan mencelupkan kakinya masuk ke air.

Begitu dingin sampai kaki Mentari tidak sampai beberapa menit di dalam air. Airnya sangat jernih sampai dia bisa melihat dasar sungai dan melihat ikan-ikan berenang di dalamnya. Dia sangat terpesona dengan sungai yang tidak memiliki sampah sedikitpun disini. Mungkin hanya sampai daun dan ranting saja. Semuanya masih sangat terjaga kebersihannya.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang