11. Katamu

73 10 2
                                    

"Cinta itu misterius, siapapun bisa jatuh cinta dimana pun. Kadang salah tempat."

🌞🌞🌞

Mentari melirik Bintang disampingnya, dia masih memikirkan maksud Arez. Untuk apa berhati-hati dengan seorang Bintang?

 Untuk apa berhati-hati dengan seorang Bintang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu kenapa?"

"Hmm, nggak. Gue ke Afika, ya."

Mentari meninggalkan Bintang dengan permainan bola basketnya. Dia tak terlalu menyukai game.  Baginya itu hanya membuang waktu dan energi. Untuk apa menghabiskan waktu dengan bermain tanpa sebuah manfaat. Bahkan menyapu atau mengepel jauh lebih berguna.

Afika justru bersenang-senang dengan Arez. Mentari hanya ingin pulang sekarang.

"Lo masih mau main?"

"Hah? Lo mau balik?" Afika berhenti sejenak.

"Iya, tapi kalau lo masih mau main. Gue pulang sendiri aja!"

"Sama saya saja! Biar Afika dengan Arez!"

"Lo mau pulang, Bin?" Tanya Arez mengerutkan dahi.

"Kamu antar Afika, biar saya antar Mentari."

"Lo nggak apa-apa?" Mentari sebenarnya tak enak hati. Terutama jarak rumahnya saling bertolak belakang.

Terutama karena omongan Arez membuatnya lebih berhati-hati lagi. Walau hatinya terus menampik pikiran-pikiran negatif yang muncul diotaknya.

"Hmm, ayo!"

Bintang menarik tangan Mentari pergi, matanya membulat dan sensasi aneh menjalar ke tubuhnya. Perutnya seperti bergetar dan bergerak, jantungnya berdetak cepat, dan tubuhnya berkeringat dingin.

"Saya sebenarnya mau makan, kamu lapar?"

"Lumayan."

"Saya punya tempat bagus, biasanya keluarga saya kesana."

"Boleh, gue emang mau makan dulu."

Bintang tersenyum hangat bersamaan  gemerlap cahaya lampu kota. Ini sudah sangat sore, dia akan mendapat senyuman manis dari ibunya. 

"Pegangan, Tar!"

"Hmm."

Mentari tak banyak bicara di jalan, dia hanya menatap aspal. Bintang juga diam tak mengajaknya bicara kecuali kalau menyuruhnya berpegangan. Cowok itu tak cepat, bahkan terasa lambat atau itu hanya benak Mentari?

"Kita sampai!"

Mereka berhenti di sebuah warung pinggir jalan. Orang-orang makan di sana cukup banyak dan ditambah beberapa pengamen.

"Kamu mau apa?"

"Lo?"

"Nasi goreng seafood."

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang