55. Pameran dan Dia

24 3 0
                                    

"Karena cinta bukan tentang sebuah selera yang sama tapi sebuah perasaan tentang mencintai orang lain tanpa syarat."

🌞🌞🌞

"Ini yang mana? Ini atau ini?" Afika berlari kesana-kemari seperti orang kesetanan.

Dia sangat panik hari ini, hari ini adalah hari dimana Sadam akan memamerkan karyanya. Dia harus mendukung Sadam dan memperlihatkan image yang baik padanya. Afika memoles wajahnya dan menyemprotkan banyak parfum padanya. Dia harus cantik dan wangi jika akan menemui seseorang yang dia sukai.

"Lo mau jualan parfum? Banyak banget, Fik!"

"Aduh, gue harus wangi! Tar, kita pakai mobil aja sekarang! Gue nggak mau dandanan gue rusak karena angin motor. Makeup gue juga harus stay!"

"Okey!"

"Mana handphone gue!" Afika mencari handphonenya di tumpukan baju yang berserakan.

Sadam
Kapan kesini?
Gue banyak acara nih!

Afika
Otw

Sadam
Otw lo pasti lagi dandan kayak biasanya.
Biasa-biasa aja lagi.
Lo kan tetap sama aja.

Afika
Gue selalu cantik sih ya.

Sadam
Cepetan!
Gue nggak mau lo datangnya kelamanan!

Afika
Iya, ini lagi berangkat

Bohong Afika yang belum bersiap untuk pergi. Afika memasukan handphonenya dan segera membawa Mentari pergi keluar. Sadam telah menunggunya, dia harus cepat dan cepat berangkat ke pameran!

"Sabar, Fik! Gue mau napas dulu!" Mentari menarik napasnya setelah diajak Afika berlari menuju taksi online.

"Sadam nungguin gue!"

"Kan lo lama tadi! Sabar nanti juga sampai, pamerannya juga nggak akan kemana-mana. Tenang, tarik napas tahan 10 jam."

"Mati dong!"

"Makanya santai aja!"

"Huh... Gue deg-degan, cantik nggak?"

"Cantik!"

"Pak, bisa cepetan nggak ya?" Pinta Afika pada pria yang mengantarkan mereka ke pameran.

"Sabar, dek. Ini mah Jakarta, harus sabar!"

"Iya, Fik. Tenang dulu, mana bunganya?" Tanya Mentari melihat kesana-kemari.

"Ketinggalan! Pak, balik dulu pak! Bunga buat calon pacar saya ketinggalan!"

🌞🌞🌞

"Sadam kok nggak kelihatan?" Afika melihat berbagai arah.

Dia sudah memegangi bunga yang sangat besar untuk Sadam. Dia tidak sabar untuk melihat Sadam dan memberikannya. Mentari tersenyum dan menarik Afika menuju tempat lainnya.

"Kita cari karyanya Sadam yuk!"

"Hmm? Oh ya, dia buat apa ya? Gue pertama kali mau lihat punyanya Sadam." Afika melihat satu persatu lukisan yang dipajang.

Afika mengamati setiap nama yang tertera dan dia menemukan nama Sadam di salah satu lukisan. Lukisan yang menunjukkan wajah seseorang yang tengah tersenyum dan dipenuhi dengan warna-warna yang begitu cerah. Afika melihat wajahnya disana. Wajahnya yang sedang mendengarkan musik ditelinganya.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang