31. Kembali Sediakala

31 6 0
                                    

"Kalau bukan sekarang kapan lagi?"

🌞🌞🌞

"Tar, saya antar kamu pulang, ya! Supir saya jemput, kamu sama Afika bisa masuk."

Mentari terdiam melihat mobil Bintang yang berhenti di depannya dan Afika. Tidak lupa Langit yang berdiri tepat di samping Mentari. Mereka bertiga termenung sampai Bintang keluar dari mobilnya.

"Tar, lo baikan sama Bintang?" Bisik Afika.

"Pas gue sakit Bintang dateng ke tenda. Setelah itu kita bicara lagi."

"Ck... Buat apa, sih?" Langit menatap tidak suka Bintang yang membukakan pintu.

"Ayo, Tar!"

"Bin, kita bertiga. Rumah lo juga nggak searah sama kita..."

"Saya pindah rumah, Tar! Rumahnya cukup dekat sama rumah kamu."

Langit dan Mentari saling pandang, mereka tidak mendengar kabar seseorang yang pindah ke kompleks mereka. Atau bisa saja Bintang berada di kompleks lain yang tidak mereka tahu. Tapi, Mentari tidak bisa pergi jika harus meninggalkan Langit. Dia merasa sungkan juga untuk masuk ke dalam mobil Bintang.

"Bintang! Mana bisa mobil muat sama kita bertiga apalagi bawaannya berat!" Afika menatap tajam Bintang. Dia masih memiliki dendam tersendiri. Dia tidak akan melupakan apa yang pernah Bintang katakan sebelumnya!

"Afika! Afika!" Ibu Afika melambaikan tangannya.

"Oh, ternyata ibu gue jemput. Dahh..." Afika pergi begitu saja.

"Masuk, yuk! Mumpung gratis juga!" Langit masuk tanpa memperdulikan pemilik mobil yang tidak mengajaknya naik.

"Maaf, ya Bin. Tapi terima kasih!" Mentari masuk ke dalam duduk bersama Langit di belakang.

"Sama-sama!" Bintang tersenyum pada Mentari.

"Pak, saya Langit ini Mentari. Kami berdua temennya Bintang. Komplek bapak apa, pak? Kalau kami di K-H."

"Oh, di K-G. Saya pernah lihat non Mentari sama adiknya. Pernah kan main di taman?" Sopir Bintang melihat Mentari dari kaca depan.

Mentari mengangguk mengiyakannya, perumahan mereka berada di satu kawasan yang sama. Kalau Bintang berada di K-G sangat jelas bahwa mereka memiliki taman anak-anak bersama. Raka memiliki banyak teman dimana-mana. Sudah jelas bukan hanya kompleknya saja. Jika begitu, bukankah sekarang mereka bertetangga?

"Kok saya nggak pernah lihat? Kalau butuh barang atau beli sesuatu ke toko saya aja. Abah Market, menyediakan segala jenis sembako dan semua kebutuhan keluarga."

"Lang! Kenapa malah promosi?" Mentari mencubit lengan Langit.

"Aduh... Cuan harus dicari! Kenapa sih? Bintang aja nggak masalah."

"Saya kapan-kapan mampir kalau datang ke rumah Mentari. Raka juga suka makanan, saya bisa belikan sekalian."

"Tuh kan! Warung gue harus dipasarkan! Apalagi Bintang, ajak aja Raka. Dia pasti mau banyak makanan, kalau bisa borong juga nggak apa-apa!" Langit tersenyum cerah.

Tapi hatinya merasa sangat kesal setelah tahu mereka berada di perumahan yang sama. Langit pasti yakin Bintang akan selalu pergi bersama Mentari setelah ini dengan bantuan Raka. Anak kecil mana bisa tahan sama banyak makanan dan mainan. Dia akan mengawasi keadaan yang ada mulai saat ini!

🌞🌞🌞

"Terima kasih, Bin." Mentari keluar dari mobil Bintang yang langsung disambut oleh keluarganya.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang