"Satu kesalahan akan merusak seribu kebaikan."
🌞🌞🌞
Jika cinta yang orang-orang anggap hanya penuh dengan kesenangan dan juga kesengsaraan. Kenapa harus ada rasa itu untuk manusia? Mentari menatap hujan yang semakin deras dan embun di kaca jendela. Rasa dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Begitu dramatis untuk sebuah skenario dalam hidupnya. Memorinya memutar berulang kali disetiap dia menutup mata.
Dia teringat akan dia dan peristiwa itu. Ketika semua detik-detik terakhir dia ingat betul sampai hal mengerikan terjadi. Mentari menangis kesekian kali disetiap tengah malam saat hujan. Dimana orang tidak tahu dia sedang terjatuh. Hujan menyelamatkannya dan menghantar ribuan kedamaian sampai dia kembali terlelap dalam gelap.
🌞🌞🌞
"Mata lo sembab Tar?"
"Kurang tidur tadi malam."
Alasan klasik yang terus dia jawab demikian. Langit mengangguk tanpa minat, dia tahu sebenarnya walau tak benar-benar tahu.
"Lo kenapa, sih?"
"Gue nggak kenapa-kenapa!"
"Gue pernah lihat lo kayak gini, bukan satu dua kali. Tapi, berkali-kali. Coba lo cerita sama gue, lo punya pacar ya?"
"Otak lo isinya itu aja, ya?"
Mentari tersenyum meremehkan, jujur perkataan Langit justru menghancurkan hatinya.
"Tar!!!!"
"Lo nggak perlu tahu!"
Mentari berlari sekuat tenaga, dia marah pada dirinya. Untuk apa melampiaskan semuanya pada Langit. Tak ada gunanya bahkan saat itu hanya ada dirinya dan dia. Tak ada seorangpun yang tahu bagaimana ceritanya. Mungkin jika diteliti lagi, itu sebabnya dia menutup hatinya. Menutup segalanya!
"Tar!"
Langit mengejarnya sampai menabrak beberapa orang. Namun gadis itu tetap diam dan diam.
"Sampai kapan lo mau kayak gini, sampai kapan?"
"Tolong Lang! Jangan bahas! Lupain aja!"
Tubuh Mentari tertunduk di meja. Kepalanya berlindung dari balik lengan yang dia buat tumpuan tidur. Langit mendengus kesal menghampiri mejanya yang tak jauh. Padahal dia hanya bertanya pertanyaan biasa. Atau dia sudah keterlaluan pada Mentari? Jujur dia bingung membahas permasalahan temannya itu. Mulai dari mana supaya Mentari jadi seperti dulu. Langit mengamati foto dari dompet dan memeriksa wajah dua anak-anak yang tersenyum riang. Satu perempuan dan satu laki-laki berjejer rapi menurut ketinggian.
"Maaf."
🌞🌞🌞
"Tahu nggak, kemarin suami gue comeback yang lagunya enak banget! Masuk Billboard lagi!"
"Terus?"
"Ya, sebagai istri gue seneng banget lah! Apalagi wajah mereka itu lho, awet muda banget! Gila! Oh my my my! Oh my my my!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Kaca ( END )
Fiksi RemajaIni sebuah kisah tentang sebuah pendewasaan diri dari seorang anak yang memahami apa arti sebuah cinta.