EPILOG

107 5 0
                                    

"Selamat ya Tar, Lang!"

"Makasih ya, Fik!" Mentari tersenyum melihat Afika datang bersama Bayu.

"Lang, jagain Mentari! Jangan buat dia sakit, jangan buat dia patah hati, pokoknya kalau lo buat dia nangis. Gue bakalan datangin lo terus buat lo masuk rumah sakit!" Afika mengusap matanya yang begitu berair.

Mentari tersenyum dan memeluk sahabatnya yang begitu mengkhawatirkan dirinya. Tentu saja Langit tidak akan membuatnya menangis atau terluka karena sebelum dia melakukannya akan ada banyak orang yang akan memukulnya terutama Raka dan papanya.

"Gue pasti jagain istri gue! Mana bisa gue buat Mentari nangis, gue bakal buat dia bahagia dunia akhirat!" Langit memeluk pinggang istrinya penuh ke posesifan.

"Kenapa harus Langit sih, Tar? Gue pikir masih banyak laki-laki yang bakal bisa nikah sama lo!"

"Kalau Mentari sukanya sama gue? Lo mau apa?" Tantang Langit tidak terima.

"Sayang, ayo kita turun! Masih banyak yang mau kesini!" Bisik Bayu untuk menarik istrinya semakin ingin berkelahi dengan Langit.

"Awas ya lo buat Mentari nangis!" Afika mengepalkan kedua tangannya.

Bayu tersenyum dan membawa istrinya pergi sebelum terjadi perang dunia. Langit menatap sengit Afika dan menggenggam erat tangan Mentari. Jika Afika menolaknya sebagai suami Mentari tapi pada akhirnya dia telah mengucapkan ijab kabul beberapa saat yang lalu di depan papa Mentari. Dia sekarang sudah sah menjadi suami Mentari. Ulangi sekali lagi. Sah menjadi suami Mentari!

"Kamu marah sama Afika?" Tanya Mentari masih melihat kilat amarah dari mata Langit.

"Teman kamu tuh cari masalah sama aku! Kan cuma aku yang baik buat jadi imam kamu!" Langit berubah menjadi begitu cemberut.

"Kok kamu jadi baperan sih Lang?"

"Aku kan udah jadi suami kamu!"

Mentari menahan senyuman melihat Langit yang berubah menjadi anak kecil kembali. Padahal baru saja dia menjadi suaminya. Mentari mendekat dan mencium pipi Langit singkat. Langit tersenyum cerah dan menatap orang-orang dengan penuh kebanggaan. Dia telah mendapatkan perempuan yang akan membuat orang semua orang di tempat ini.

"Selamat buat kalian!" Sadam tersenyum pada mereka berdua.

"Makasih ya, Dam!"

"Gimana lo udah dapat gebetan belum?" Tanya Langit ingin tahu.

"Gue mau fokus kerja aja! Soal pasangan gue nggak terlalu mikirin sekarang." Sadam memang tidak berniat untuk mencari pasangan dalam waktu dekat. Dia sudah pasrah akan kisah cintanya lagipula dia tidak berharap pada dirinya yang akan seperti Langit dan Mentari.

Kisah cintanya tidak semudah milik mereka. Untuk itu daripada memikirkan tentang percintaan, dia lebih memikirkan tentang pekerjaannya. Mentari menepuk pundak Sadam menyemangati.

"Semoga lo cepet move on ya, Dam. Gue tahu lo masih belum bisa lupain Afika tapi perlu lo tahu. Semua orang punya waktunya sendiri, emang bukan sekarang aja tapi sesuatu hari nanti pasti bakal ada seseorang yang buat lo jatuh cinta lagi. Sekarang semangat kerjanya! Gue harap lo bisa lebih hebat dari sekarang." Mentari tahu perasaan Sadam.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang