Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
––––––––––––––
Apapun sikapmu, aku akan terus berada di sisimu.
–––––––––––––––
"Selamat pagi semuanya ...," teriak Halwa ketika memasuki rumah makan itu yang masih sepi.
Pagi hari ini dia begitu bersemangat untuk menjalani hari-hari pertama bekerja nya. Apalagi penyemangat nya akan selalu berada di dekatnya dan selalu dipandanginya.
"Pagi Halwa," balas karyawan yang ada. Mereka yang datang pertama sebagai pembawa kunci untuk membuka rumah makan.
"Oke, mulai hari ini saya akan bergabung sama kalian." Riangnya Halwa membawa secercah cahaya di rumah makan ini yang setiap harinya selalu sepi dan tidak ada interaksi seru.
"Eh Halwa, udah dateng. Nih seragam nya." Jauzi datang memberikan sebuah kaos berwarna merah lengan panjang. Dibelakangnya ada tertera gambar ayam bakar beserta tulisan rumah makan ini.
Aspa
Halwa terkekeh geli dengan namanya. Dia tahu nama singkatan itu adalah nama Asrar sendiri, sebagai pemilik rumah makan ini. Kaos itu langsung diterima, Halwa menatap kagum baju seragam merah ini yang akan memulai hidupnya di sini, terutama untuk mengejar cinta Asrar. Dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini setelah dirinya menyesal dahulu.
"Ya udah, toilet mana. Gue mau pake."
"Di dalam, dekat dapur."
"Thanks."
Keluar nya Halwa dari toilet, dia pun bercermin setelah memakai baju seragam nya ini. Baju yang diberikan Jauzi tidak ada bawahannya, dan untungnya Halwa sekarang memakai rok hitam panjang di tambah Kerudung nya hitam, jadi pas dan tidak terlalu mencolok.
"Cepat kerja!" perintah Asrar lewat di belakang Halwa.
"Eh Asrar, Asrar!" panggil Halwa, dia membalikkan badannya dan mengejar Asrar. Tiba-tiba saja Asrar mengejutkannya saja.
Aksi berlari mengejarnya sampai ke depan, dan langsung dilihat oleh para karyawan. Sejauh ini, cuman Halwa lah yang berani bertindak lebih kepada bos nya itu. Mereka juga masih bertanya-tanya ada hubungan apa diantara keduanya.
"Ih Asrar, tunggu!" kesal Halwa.
"Cepat kerja!" Kata-kata itu terulang kembali sedikit tegas membuat langkah Halwa terhenti ketika Asrar juga membalikkan badannya.
Laki-laki tinggi itu begitu membuat Halwa terpesona. Apalagi gaya rambutnya yang membuat Halwa tertarik.
"Iya bentar, Halwa cantik nan imut mau ngomong nih." Satu mata Halwa mengedip. Jelas, itu reaksi yang menggoda kepada Asrar.
Jauzi melihatnya, dia meringis melihat tingkah Halwa. Jauzi juga berpikir, pasti Asrar sangat tidak nyaman dengan keberadaan Halwa di dekatnya.
"Cepat!" desak Asrar.
"Jadi gini, sebagai calon istrinya pemilik rumah makan ayam bakar. Kamu, harus memperlakukan aku beda dari yang lain. Maksudnya, harus perhatian sama aku, contohnya kalau aku cape. Kamu harus cepet-cepet bawain aku minum," ujar Halwa. Para karyawan yang mendengarnya memasang wajah datar, mereka pikir Halwa akan mengatakan hal yang penting. Bahkan, itu tak berbobot sama sekali.
Asrar tak menjawab, dia lebih memilih membantu karyawan nya menurunkan kursi-kursi di atas meja. Ucapan tidak penting Halwa sangat membuat mood Asrar pagi-pagi sudah jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
SpiritualSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...