Chapter 9 : Bantuan

769 47 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––––

Tidak ada kata lelah dalam kamus hidup ku untuk selalu mengejar kamu.


Revisi bab 9 : Selesai!

–––––––––––––––

"Tahu dari mana kontrakan gue?" Pertanyaan itu yang memang perlu ditanyakan dari keterkejutannya tadi, karena tiba-tiba saja Nadhira dan Lilia mengetuk pintu kontrakannya sangat keras.

"Dari temen virtual lo itu, si Deva," jawab Lilia. Dia mengenalnya, tak sengaja melihat Deva yang bersama Halwa ketika mereka pulang dari bertemu nya.

"Terus mau ngapain ke sini?"

"Lo gak mau mempersilakan kita berdua untuk masuk dan duduk gitu."

Pintu yang setengah terbuka itu, Halwa bukakan lebar-lebar supaya mereka berdua melihat keadaan dalamnya.

"Mau duduk?"

"Gak usah, makasih. Kontrakan lo terlalu bersih buat kita duduki," ujar Lilia merasa jijik. Seperti biasa juga, dia mengeluarkan sanitizer, dan menyemprotkan nya ke samping, belakang dan sekitarnya.

"Terus mau ngapain ke sini? kalian gak pulang?" Beginilah, mereka bertiga mengobrol sambil berdiri. Itu sebabnya, Halwa lebih to the point ke mereka.

"Kita cuman mau ngasih tahu, lo. Kita berdua akan menetap sementara di sini, itung-itung buat nemenin lo lah, supaya gak sendiri," jawab Nadhira.

"Alasannya cuman nemenin gue aja nih ...," goda Halwa, dia tersenyum dengan tatapan menyelidik.

"Ya enggaklah!" kilah Lilia," kita berdua sambil nyari referensi buat skripsi kita. Ya enggak, Dhir?"

"Iya, betul," ucap Nadhira.

"Lagian kita di sini gak akan lama. Gue harap, lo bisa jaga diri," pesan Lilia.

"Asiap captain!" seru Halwa. Perasaan nya bahagia, karena di balik sisi perubahan kedua sahabatnya. Halwa sudah merasakan dan tahu, bahwa mereka masih baik dan perhatian terhadapnya.


[•••••]

Kembali, Halwa dengan keadaan begitu lesu, tidak seperti biasanya yang penuh semangat. Karyawan lainnya memandang aneh kepada Halwa, mereka pikir Halwa sedang kerasukan. Ketika masak pun, kadang suka berbicara sendiri dan marah-marah sendiri.

Kelakuan itu sudah bertahan lama sejak Nadhira dan Lilia memutuskan untuk tinggal di kota ini sementara. Mereka pastinya sudah tahu, dan bahkan sempat mengunjungi Halwa tidak lebih hanya sekadar untuk mencicipi makanan Halwa yang dirindukannya.

Selama 1 bulan ini, hal gila selalu dilakukan Halwa. Itu sebabnya, Jauzi maupun karyawan lain begitu bingung dengan sikap Halwa sekarang. Mereka menatap takut kearah Halwa yang sedang memotong-motong daging ayam.

"Mendingan tanya aja deh, kak. Dari pada kita yang takut terus kayak gini," usul karyawan perempuan yang selalu bekerja di samping Halwa di dapur.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang