Chapter 38 : Menjelaskan

646 41 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...


Selamat menunaikan ibadah puasa. Jaga lisan, pikiran, penglihatan, dan pendengaran.

Mari berlomba-lomba untuk mencari pahala agar Allah melipatgandakan nya.

Jangan lupa sholat. Karena Rukun Islam yang kedua itu sholat, jadi wajib dijalani, dan yang ketiga itu puasa.

Semoga para pembaca diberi kesehatan tubuh, dilancarkan segala urusan dan usahanya, dan di Istiqomah kan dalam ibadah, kebaikan, maupun untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin.

––––––––––––––

Mereka bahagia, aku tidak. Dan ketika aku bahagia, mereka tidak.

Revisi bab 38 : Selesai!

––––––––––––––

(Selamat membaca)

Setidaknya, keberadaan mereka berdua di sini berguna buat Halwa. Atas usulan Fira, Resti pun mau-mau saja karena memang itu hal yang paling benar. Keduanya sekarang sudah duduk di sofa ruang tamu rumah Halwa. Kebetulan, Halwa juga sedang tidak ada kata pembantu di rumah ini. Pembantu nya menjelaskan, bahwa Halwa selalu beraktivitas dari pagi sekitar jam sembilan sampai jam sepuluh malam.

"Kira-kira, ucapan kita nanti di dengerin gak ya?" tanya Resti yang mulai ragu dan takut. Keberadaan nya di sini juga hanya sebentar, karena besok dia dan Fira akan kembali Jawa barat.

Apalagi Resti, keluarga Azriel akan segera datang lagi ke rumahnya.

"Intinya kita udah berusaha," jawab Fira.

Langkah kaki terdengar, sampai Fira dan Resti saling tatap, mencoba mempersiapkan dirinya untuk ketemu orang tua Halwa untuk ke pertama kalinya.

"Siapa ya?" Murni bertanya, dia sudah duduk di sebrang mereka berdua.

"Kenalin tante, saya Fira dan ini Resti. Kami berdua temen Halwa dari Jawa barat," jawab Fira, menjelaskan tentang dirinya dan Resti.

"Ada keperluan apa?" Yang datang cuman Murni saja, Halgan sedang tidak ada di rumah karena mengurus tentang pernikahan Halwa.

"Gini tante, Halwa kan punya penyakit, jadi kita–"

"Kalian percaya sama anak saya?" Mendengar kata penyakit, Murni langsung memotong ucapan Fira.

"Ya percaya, kan saya dan Resti yang nganterin langsung Halwa ke rumah sakit."

"Terus, tujuan kamu ke sini apa?" Nada bicara Murni sedikit ketus membuat Resti semakin tak nyaman untuk duduk dan ingin segera beranjak dan pergi.

"Saya cuman ingin tante dan ayah Halwa supaya lebih memperhatikan Halwa sebaik mungkin." Tujuan Fira memang ini, supaya orang tua itu perhatian dan bisa mengobati Halwa dengan gigih.

"Siapa kamu? kamu tidak berhak mengatur-atur saya. Seharusnya kalian berdua juga gak usah percaya sama anak saya. Kalian cuman melihat sampul dari diri anak saya. Kalian tahu gak! yang buat saya gak percaya sama Halwa itu, karena dia yang menyebabkan anak terakhir saya meninggal. Sekarang, saya gak bisa punya anak lagi!" berang Murni menjabarkan semuanya.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang