Chapter 43 : Untuknya

1.1K 47 23
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Hay guys, ini ending dari ceritaku. Terima kasih buat kalian yang mau baca dari awal.

Semoga suka dan senang.

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN REKOMENDASIKAN KE TEMAN-TEMAN KALIAN!

–––––––––––––––

Aku bahagia karena aku sudah merasakan kebahagian bersamamu.

––––––––––––––––

(Selamat membaca)


Tentang tubuh Halwa yang tidak ditemukan setelah proses penyelidikan dan pencarian selama satu minggu. Akhirnya hasil keluar, dan dinyatakan kalau tubuh Halwa sudah terbakar habis oleh api yang membakar mobil. Tulang-tulangnya sulit ditemukan juga karena lokasi yang sudah berantakan, dan juga banyak kerusakan di sana.

Berita itu disiarkan di televisi, radio, dan media sosial. Seluruh Indonesia tahu dan dibuat geger, karena tabrakan dan juga kebarakan mobil yang lebih dari lima itu.

Banyak yang mengenang kepergian Halwa, karena dia banyak diceritakan tentang kebaikannya. Apalagi para panti asuhan di Surabaya mengucapkan banyak terima kasih  karena dari dulu, hanya Halwa donatur besar yang menyumbangkan banyak kebutuhan ke panti.

Halwa menjadi sorotan publik, ditambah dikabarkan nya dia yang baru saja kemarin–sebelum kecelakaan– melangsungkan pernikahan. Mereka yang melihat berita menyayangkan itu, dan banyak yang menanyai tentang kabar suaminya–Asrar–yang ingin sekali buka suara. Namun Asrar menutup diri, dia tidak mau terlihat oleh publik.

Hanya kedua orang tua Asrar saja yang turun tangan dan bicara pada media.

Sementara Halgan, dia terus merenungi atas kesalahan-kesalahannya. Dia baru sadar sekarang, dan sebuah penyesalan selalu saja dirasakan ketika sudah terjadi sesuatu.

Sudah satu minggu, dan mereka baru menyelesaikan tahlilan tanpa tahu Halwa di mana, dan semua sudah menyimpulkan bahwa Halwa sudah pergi, berpulang ke Rahmatullah.

Deva sebagai teman dekat dari Jawa barat juga baru hadir di hari ke tujuh. Dia masih ada di sini, dan akan pulang bersama dengan Nek Rahmi sekeluarga menaiki kereta. Ini memang hari terakhir mereka berkumpul di rumah Halwa.

"Assalamualaikum," salam Nek Rahmi.

"Eh, waalakumussalam, Nek." Asrar yang malu cepat-cepat menghapus air matanya.

"Ikhlaskan Halwa ya, Nak," ucap Nek Rahmi. "Dan ini ... ."

"Apa, Nek?" tanya Asrar.

Tangan berkeriput itu menyerahkan sebuah buku diary berwarna kuning dengan gambar Spongebob.

"Ini buku Halwa. Beberapa hari sebelum pernikahan, Halwa sempat menitipkan ini ke nenek," jawab Nek Rahmi.

"Jauh-jauh ke sana?"

"Iya. Halwa ingin nenek menyimpannya, karena kata dia, dia udah mau hidup bahagia karena kamu mau jadi suaminya." Ketika mengingat hal itu, Nek Rahmi terkekeh.

"Tapi kenapa harus di simpan–"

"Itu privasi Halwa, nenek juga gak tahu dan belum pernah membacanya," potong Nek Rahmi.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang