Chapter 48 : Final Chapter

1.6K 25 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ...

––––––––––

Sesaat tapi bahagia, itu sudah lebih dari cukup.

––––––––––

Selamat membaca

Selimut kebahagiaan ini terasa hangat dirasakan oleh mereka semua. Senyuman, canda dan tawa turut menyertai bagaimana hubungan harmonisnya mereka.

Di hari bahagia ini, Halwa merasa bersyukur masih bisa berkumpul kembali dengan semua orang terdekatnya. Kesempatan hidup keduanya akan Halwa manfaatkan sebaik mungkin. Masa lalu hanya lah kenangan, dan kenangan itu akan terus teringat meski menyakitkan. Tapi karena itu, Halwa jadi bisa memperbaiki apa yang salah kedepannya.

"Gue gak akan berhenti buat minta maaf sama lo, Wa. Gue terus merasa bersalah, apa lagi sekarang gue ngerasain nikah sama seperti yang lo rasain dulu." Pelukan itu semakin erat seiring kencangnya suara tangisan yang dikeluarkan oleh Lilia.

"Yang penting gue udah maafin lo. Jangan terus merasa bersalah, lagian lo udah sadar dan berubah. Gue seneng, Li." Merasa tubuh Lilia yang bergetar karena menangis, Halwa menjadi tidak bisa apa-apa. Dia juga bingung harus bagaimana.

"Makasih, Wa. Seharusnya gue percaya sama lo, seharusnya gue yang sebagai sahabat dukung lo dan selalu ada di sisi lo. Tapi nyatanya .., gue bener-bener nyesel." Lirihan suara Lilia benar-benar membuat semua orang yang mendengarnya ikut menangis.

Mereka tahu, selain Asrar yang hampir gila dan selalu diliputi rasa kesedihan. Ada juga Lilia yang kurang lebih sama seperti Asrar. Lilia benar-benar menangis histeris ketika Halwa dinyatakan meninggal. Bahkan segala tugas kuliahnya ditelantarkan begitu saja. Kalau bukan Nadhira yang terus mendukung Lilia untuk bangkit, Lilia mungkin tidak bisa seperti sekarang.

"Itu dulu, lupain itu. Ambil pelajarannya aja buat masa depan," pesan Halwa. Terus mengusap punggung Lilia.

"Iya ... ."

"Udah jangan nangis terus, lo udah jadi istri orang, harusnya bahagia dong," ucap Halwa, melonggarkan pelukannya.

"Sekarang gue doang nih yang jomblo," celetuk Nadhira datang diantara mereka berdua.

"Nikah dong, ada calonnya gak?" tanya Lilia.

"Ih sombong banget yang udah jadi seorang istri," cibir Nadhira.

"Ya iyalah, kapan nih?" Halwa ikut mendukung Lilia, dan bertanya kepada Nadhira.

"Banyak yang mau ngelamar, tapi enggak dulu deh. Gue mau lanjut S2 di Amerika," jawab Nadhira. Tekadnya sudah bulat, untuk bisa diterima di universitas impiannya di sana. Kalau masalah pendidikan dan ilmu, Nadhira paling terdepan.

"Aduh makin susah aja nih cowok dapetin lo.  Pasti tipe lo juga udah ganti nih," ujar Lilia.

"Masih kayak dulu, gak harus setara sama gue juga gak papa, yang penting dia bertanggung jawab, pekerja keras, sayang istri, anak, keluarga. Itulah intinya," balas Nadhira. Diam-diam tamu undangan Pria mendengar ucapan Nadhira.

Halwa bahkan sadar dari awal, begitu banyak yang memperhatikan Nadhira. Apalagi setelah Nadhira mengucapkan dirinya masih sendiri.

"Halwa! suaminya nyariin nih!" teriak Arsya dari kejauhan di kursi tamu.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang