Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
---------------
Percayalah, suatu saat nanti rasa kebencian itu akan hilang kalau kita masih terus berusaha berhubungan baik kepadanya.
Revisi bab 16 : Selesai!
--------------
(Selamat membaca)
Halwa tersenyum. "Ke suatu tempat yang bakal kamu percaya dengan penjelasan aku."
Asrar hanya diam saja, lebih terus memperhatikan gerakan Halwa yang sekarang sudah duduk di atas motornya.
"Bawa mobil, ya? cepat ikuti aku dari belakang." Mesin motor menyala.
Terpaksa, kalau bukan tentang usahanya, Asrar tidak akan menuruti keinginan Halwa. Dia mengikuti Halwa dari belakang yang menjalankan motornya sendiri. Cukup sedang kecepatan Halwa, dia juga tidak menyalip begitu saja motor atau mobil yang ada di depannya karena tahu ada Asrar yang ada dibelakang.
Perjalanan mereka menempuh sampai setengah jam dari pusat kota Galuh mas raya ke Talagasari. Bagi Halwa perjalanan ini hanya sebentar dari pada ketika kesehariannya yang berangkat kerja ke rumah makan Asrar membutuhkan waktu satu jam. Melelahkan, tapi demi Asrar juga, lelah itu seakan hilang.
Motor keluar dari jalan besar, dia memasuki daerah rumah-rumah warga yang bisa dilewati oleh mobil juga. Kebetulan, setelah Halwa lihat, rumah yang akan dikunjunginya tidak memasuki gang-gang kecil yang membuatnya susah nanti.
Halwa menghentikan motornya ketika ada seorang ibu-ibu yang lewat. Untuk menanyakan sesuatu yang tidak ia ketahui pasti.
"Permisi, buk. Apa benar ini dengan rumahnya Tania?" tanya Halwa, jarinya menunjuk rumah dengan pagar putih yang ada satu mobil yang terparkir di dalamnya.
"Iya betul, ada perlu apa, neng? kebetulan Tania nya baru pulang dari Tasik." Ibu-ibu itu seakan jelas mengetahuinya.
"Saya memang ada perlu, makasih ya, buk."
"Sama-sama. Permisi ... ." Ibu yang menggandeng anaknya mulai pergi.
Kepala Halwa menoleh ke belakang. Tangannya melambai kepada Asrar untuk segera turun.
"Kenapa ke sini?" tanya Asrar memandang rumah dihadapan nya. Asing, dan dia tak pernah ke daerah ini.
"Kamu cuman tinggal diam dan lihat. Apa yang aku bilang tadi, aku buktikan." Pergerakan Halwa berjalan ke depan, menekan bel yang sudah tersedia diluar gerbang.
Sudah kelima kalinya jari telunjuk Halwa menekan bel, tidak ada seorang pun yang keluar. Sampai ke tahap delapan kali, pintu utama rumah itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita berkerudung pashima hitam keluar.
Gerbang itu dibuka setengahnya. "Dengan siapa?" Halwa memperhatikan perempuan itu. Membayangkan, Riyan begitu mencintai perempuan ini.
"Assalamualaikum, saya Halwa."
"Waalakumussalam. H-halwa? siapa?" Jelas wanita itu bingung, karena mereka baru satu kali bertemu dan itu sekarang.
"Ini." Barang dari Riyan disodorkan ke arah wanita itu. "Ini dari Riyan, teman saya." Begitu mendengar nama Riyan, wanita itu nampak terkejut terlihat dari pupil matanya yang membesar.
"Saya sudah gak ada urusan lagi sama dia," kata wanita itu, menggambarkan bahwa dia sangat tak acuh sekarang.
"Riyan meninggal," balas Halwa cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
روحانياتSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...