Chapter 18 : Janur kuning belum melengkung

608 45 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Kabarnya sehat kah? semoga kita semua senantiasa dijauhi penyakit yang sedang marak-maraknya. COVID-19 yang omicron ya kalau gak salah?

Sekolah aku di daring kan, jadi punya waktu luang buat nulis ini cerita. Tenang saja, prioritas utama tetap tugas sekolah.

Btw, aku kelas 11:) kamu?

Halwa yang memfoto Asrar diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halwa yang memfoto Asrar diam-diam.

---------------

Perempuan lain mengejar mu seperti kelinci, begitu cepat, lincah, dan memungkinkan untuk sampai di tempat tujuan. Sementara aku, aku seperti kura-kura. Butuh perjuangan keras untuk mendapatkan cinta mu.

Mereka berlari cepat, aku berjalan lambat.

---------------

Revisi bab 18 : Selesai!

(Selamat membaca)

Kemarin malam ketika Halwa pulang kerja. Ekspresi nya begitu sendu, karena melihat Asrar bersama Resti jalan berdua di trotoar jalan. Sedikit, Halwa melihat bibir Asrar tersenyum dan tertawa kecil, entah ucapan apa yang dilontarkan Resti sehingga membuat Asrar yang tak pernah senyum kepadanya, tersenyum kepada Resti.

Halwa iri, dia ingin berada diposisi Resti saat itu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa, Halwa tak mau mengganggu, jadi malam itu juga pertama kali Halwa mengabaikan Asrar yang dekat dengan perempuan. Kalau boleh, Halwa ingin memutarkan kembali waktu ke masa-masa SMA–nya. Karena di masa itu, walaupun Halwa biang rusuh, dia bisa terus berhubungan dengan Asrar yang selalu menghukum nya dan memberikan kata-kata yang sangat membuat Halwa jengkel waktu itu. Tapi sayang, di saat waktu itu Halwa masih belum menyadari perasaannya.

Dari pagi hingga waktu menunjukkan jam pulang kerja, Halwa tetap diam tak bertingkah konyol seperti biasanya. Jauzi termasuk Wirda dan karyawan lainnya terheran-heran. Mereka kalau melihat Halwa diam, jadi merinding sendiri. Takutnya Halwa dirasuki jiwa lain yang membuatnya berubah sikap menjadi kalem, atau bisa saja beberapa dari mereka menebak, diamnya Halwa bakalan ada sesuatu yang akan terjadi.

Sambil terus menghela napas, Halwa hanya melakukan tugasnya, yaitu memasak, tidak lebih. Tidak mencari ribut dengan Jauzi ataupun berkomunikasi lama dengan pelanggan. Gairah Halwa hari ini nol persen, seperti tidak ada jiwa yang khas dengan Halwa.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang