Chapter 28 : Hari tak Hidup

561 34 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––––––

Aku dan kau semakin jauh, layaknya tanah dan langit.


Revisi bab 28 : Selesai!

––––––––––––––––

(Selamat membaca)

Kedua bola mata itu mengerjap sedikit demi sedikit untuk melihat lebih jelas disekitarnya. Halwa meraba-raba apa yang bisa diraihnya, dan tangannya secara tak sadar terlalu banyak bergerak apalagi meraih sesuatu terlalu jauh. Sehingga selang infus itu tertarik.

Halwa meringis sebentar, apalagi cairan di Sepang infus nya sudah berganti menjadi darahnya.

Untuk berbicara, suara Halwa tak Kuat karena tenggorokannya sangat kering dan Halwa perlu minum.

Tepat dalam keadaan seperti itu, perawat pun datang, dan melihat pasien nya yang kesusahan dia menghampiri nya sampai tergesa-gesa.

"Astaga!" pekik perawat itu. Dia membenarkan infusnya dahulu agar cairan darah itu berganti menjadi putih kembali.

Dengan santai karena kebiasaan perawat, tidak butuh waktu lama. Infus pun kembali seperti semula, menetes cairan putih dan perawat menyuntikkan obat ke infus itu.

"Perlu apa?" tanya perawat sambil membenahi suntikan.

Halwa menunjuk segelas air putih. Dia langsung menerimanya karena perawat itu langsung mengambilkan nya.

Air sudah tandas diminum. Halwa berusaha duduk di bantu oleh perawat.

"Kenapa saya bisa ada di sini? seingat saya, malamnya saya lagi sama temen saya di tempat tukang nasi goreng." Hanya ingatan itu yang Halwa tahu.

"Temen laki-laki kamu yang membawa kamu ke sini. Kamu gak sadarkan diri," jawab perawat yang menanganinya juga semalam.

"Terus, Sekarang temen saya ke mana?"

"Dia lagi ke kantin rumah sakit. Sebentar lagi juga kembali."

Seusai jawaban perawat, pintu kembali terbuka ke dalam. Itu bukan Rendi, melainkan dokter laki-laki yang menjadi dokter Halwa.

"Bagaimana keadaan kamu?" Hal pertama yang ditanyakan dokter itu, sambil mengecek dengan Dekstop yang menggantung dilehernya lalu dipasang kan ke kedua telinga nya.

"Saya baik-baik aja," jawab Halwa,.dia berbohong.

"Kamu tahu kan, diabetes kalau gak di jaga pola makannya akan parah. Kurangi makan makanan manis dan minuman manis, apalagi manis itu buatan. Diabetes bisa merusak ke organ lain, kalau tidak melakukan perawatan," jelas sang Dokter.

"Saya tahu," balas Halwa hanya sekadar itu saja.

"Kamu perlu perawatan insentif. Tetap berada di sini!" tegas dokter itu.

"T-tapi saya gak mau," tolak Halwa. "Saya kan banyak urusan, kerjaan, mana bisa saya terus berada di sini."

"Sehat itu mahal. Percuma kalau kamu beraktivitas di luar kalau keadaan pun tidak memungkinkan," kata sang dokter.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang