Chapter 20 : Kesalahan Besar Halwa

835 46 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Guys, thank you for everything, yang masih baca cerita aku ini sampai sekarang dan masih nunggu perubahannya di setiap bab yang aku publish.

–––––––––––––––

Kadang cinta membutakan segalanya.


Revisi bab 20 : Selesai!

–––––––––––––––

Selamat membaca

Kembali bekerja untuk awal yang baru. Ya, baru akan menggunakan cara yang lebih elegan dan tidak memalukan dirinya sendiri setelah mendapatkan pencerahan dari Nek Rahmi.

Halwa sempat tak menduga bahwa ada yang ingin menikahinya. Jelas Halwa menolak, alasan pertama juga, dia hanya mencintai dan menyukai Asrar, tidak dengan laki-laki lain.

Menurut penjelasan Nek Rahmi. Azriel dengan seluruh keluarganya orang yang cukup berpengaruh. Ayahnya pemilik pesantren, dan Azriel lulusan universitas Al-Azhar di Kairo Mesir. Halwa tak habis pikir, bagaimana mungkin Azriel menaruh hatinya pada Halwa. Allah, memang benar-benar mengendalikan hati manusia.

Laki-laki seperti Azriel, menjadi dambaan setiap perempuan. Dari segi fisik, materi, wawasan, dan ilmu agamanya sudah sangat tentu. Azriel memiliki itu semua. Namun, Halwa yang menjadi pilihannya menolak, dia tetap memperjuangkan Asrar, sampai dirinya akan berkata lelah suatu saat nanti.

Allah juga, mungkin saja akan menggerakkan hati Asrar. Halwa cuman perlu menunggu tanpa batas waktu.

Berangkat dari jam sembilan pagi dan sampai di jam sepuluh. Satu jam Halwa di atas motor mengendarai nya. Dia baru sampai, Minggu pagi ini hujan sangat lebat. Jas hujan biru yang dipakai Halwa tidak mempan untuk menutupi bajunya supaya tidak basah.

Halwa buru-buru masuk ke dalam, dialah yang sedikit terlambat datang.

"Ya ampun, baju lo basah semua, Wa." Wirda menghentikan jalan Halwa.

"Kalau udah tahu, minggir!" kesal Halwa. Dia kedinginan dan ingin mengganti bajunya yang dia bawa. Dari kontrakan Halwa memang sudah menebak bahwa akan hujan, dilihat dari awan hitam di atas langit.

Halwa keluar dari kamar mandi. Seragamnya juga sudah dipakai, hujan masih turun, namun sedikit tidak lebat seperti tadi.

"Zi, Asrar mana?" Halwa ke depan dan menanyainya ke Jauzi yang sedang memberi makan ikan cupang nya yang ada di akuarium berbentuk kotak.

"Mana gue tahu," jawab seadanya, Jauzi tetap fokus dengan ikannya.

"Udah datang atau belum?" tanya Halwa.

"Mana gue tahu." Jawaban yang sama dari yang pertama.

"Kemarin kan libur, lo tahu gak Asrar ngapain aja sama ke mana?" Untuk yang kemarin, Halwa sempat berpikir, apa yang dilakukan Asrar, takutnya Asrar main-main dengan perempuan lain.

"Mana gue tahu."

Menyadari ketiga kalinya jawaban yang sama, Halwa kesal dan matanya melihat ke objek fokus Jauzi dari tadi.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang