Chapter 12 : Kesendirian

617 45 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––––––

Salah satu kebahagiaan ku yang belum mendapatkan kamu adalah bisa melihat rasa kekhawatiran mu kepada ku. Tapi, nyatanya tidak sama sekali.


Revisi bab 12 : Selesai!

–––––––––––––––

(Selamat membaca)

Gumpalan awan hitam itu akhirnya mengeluarkan air-air yang berjatuhan ke bumi membasahi rata setiap makhluk hidup ataupun yang tidak hidup. Hujan mengguyur dari pagi sampai sore. Keadaan langit masih tetap sama, tidak ada tanda-tanda matahari muncul.

Sudah lima hari, Halwa berdiam diri di rumah sakit karena kondisinya yang masih belum normal. Dalam satu ruangan, ada empat pasien termasuk dirinya. Halwa bisa saja memesan VVIP untuknya sendiri, namun dia harus mengingat bahwa uangnya akan cepat habis, apalagi untuk membayar pengobatan nya ini.

Assalamualaikum

Sebuah pesan dikirimkan oleh Halwa kepada Asrar. Sejak lima hari ini, dia tidak tahu bagaimana kabar Asrar. Halwa sudah cukup menenangkan dirinya di sini.

Tak lama diletakkan kembali handphone nya, suara notifikasi terdengar. Halwa kembali mengambil handphone nya dan membuka room chat nya bersama Asrar.

My Husband
Waalakumussalam, kamu dipecat!

Halwa dibuat melongo, Asrar sangat gak jelas, karena balasan Asrar yang langsung to the point ke intinya. Cepat-cepat, jari-jari Halwa pun mengetik untuk membalas pesan Asrar.

Enggak mau! lagian main pecat aja.

My Husband
Ke mana saja kamu

Aku sakit Asrar, mau jenguk aku gak di rumah sakit?

My Husband
Sakit lambung kan? gak usah lebay.

Asrar, kan aku udah bilang

My Husband
Jangan pernah menginjakkan kaki kamu ke sini!

Ih Asrar!

Resah, Halwa dibuat Resah karena Asrar tak membalas pesannya. Dia tidak boleh keluar begitu saja di rumah makan Asrar. Perjuangannya masih belum apa-apa untuk sekarang ini.

Rasa resah itu, akan Halwa singkirkan dengan menelpon langsung nomor Asrar. Tapi sebelum menelpon juga, Halwa sudah over thinking, bahwa Asrar tak akan mengangkat teleponnya. "Kok gak di angkat!" kesal Halwa. Sejak pesan terakhir darinya, Asrar tidak membalasnya lagi sampai beberapa menit.

Perasaan Halwa semakin resah, dia tidak boleh dipecat begitu saja. Kesempatan berada di tempat yang sama bersama Asrar sangatlah sulit untuk di dapatkan. Halwa tidak akan pergi setelah penantiannya yang selalu mencari keberadaan Asrar. Hanya laki-laki itu, satu-satunya yang Halwa tetapkan di hatinya dari berpuluh-puluh laki-laki yang berusaha mendekatinya tanpa tahu sifat dan karakter Halwa sebenarnya.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang