Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
–––––––––––––––
Aku senang kamu tahu sifat buruk ku. Tandanya, kamu hanya perlu menerima aku apa adanya. Terlebih lagi, aku sudah berubah.
–––––––––––––––
Revisi bab 14 : Selesai!
(Selamat membaca)
"Loh, kok lo di sini?" tanya Halwa dengan suara kecilnya.
"Gue kan udah bilang, mau nitip barang ini." Kotak berwarna navy dengan tali pita putih disodorkan ke Halwa.
"Oh iya ya." Halwa menerimanya dan memperhatikan sejenak kotak itu.
"Tuh ada alamatnya. Tapi ..., maaf ya, jadi ngerepotin, lo," ucap Riyan merasa tidak enak hati.
"Santai brother."
"Lo gak papa kan, takutnya pas di jalan lo kenapa-kenapa lagi. Keadaan lo kan masih–"
"Ssstt ..., udah jangan ngomong Mulu. Gue harus cepet." Kedua mata Halwa melihat-lihat sekitar. Dia takut kepergok sus yang merawatnya.
"Hati-hati ya, Wa."
"Iya. Ayok." Pergerakan Halwa membuat Riyan memundurkan kursi rodanya.
"Lo mau apa?" tanya Riyan bingung.
"Nganterin ke ruangan Lo, lah. Ayok!" Langkah Halwa ke depan dan Riyan kembali mundur.
"Udah gak usah, gue bisa sendiri. Mendingan lo cepet-cepet pergi," titah Riyan. Tak mau kesempatan ini bisa gagal.
"Bener nih gak papa. Lagian gue juga mau ketemu keluarga, lo," ujar Halwa, masih ragu untuk meninggalkan Riyan sendiri. Dia juga ingin kenal dekat dengan keluarga Riyan.
"Beneran, sana pergi."
"Iya-iya!"
"Halwa," panggil Riyan. Halwa berbalik lagi setelah satu langkah maju meninggalkan Riyan.
"Kenapa? ada sesuatu–"
"Lo harus janji sama gue, apapun nanti kedepannya, lo harus bangkit, jangan menyerah hanya satu keadaan aja. Kecuali, keadaan itu yang memaksakan lo untuk berhenti," kata Riyan, "Udah sana!" usir nya setelah mengatakannya dengan cepat.
"Apa sih! gak jelas!" ketus Halwa. Masih tidak mengerti apa maksud Riyan.
"Good bye, Halwa!" Riyan berteriak sambil melambaikan tangannya.
"Good bye!" balas Halwa berteriak juga. Setelah itu dia berlari agar cepat-cepat menyelesaikan urusannya dan kembali kepadanya.
Sebelum akan keluar, Halwa memang sudah siap dengan pakaian nya yang sudah berganti dengan pakaian biasa. Untungnya, kemarin malam Riyan memberikan pakaian kakak perempuannya ke Halwa, supaya lebih mudah untuk keluar. Sulit memang, tapi Halwa berusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
EspiritualSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...