Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ....
–––––––––––––––
Jodoh tidak akan ke mana. Apapun yang kamu lakukan, tetap saja dia akan menjadi jodoh mu.
Revisi bab 34 : Selesai!
–––––––––––––––
(Selamat membaca)
Persiapan untuk lamaran sudah siap. Keluarga Asrar baru sampai di kota Surabaya dan langsung menuju ke alamat rumah Halwa yang diberikan oleh Deva.
Asrar tak yakin, dia berpikir keras tentang bagaimana nanti tanggapan Halwa. Mungkin saja tolakan, Asrar sudah menduga hal itu. Dia tidak berharap banyak.
Ada tiga mobil untuk ke rumah Halwa, yang satu Asrar menyetir membawa orang tuanya. Kedua kakaknya–Dian–bersama istri dan anaknya. Ketiga, Paman dan bibi dari kedua orang tuanya. Mereka juga ingin ikut menyaksikan lamaran Asrar.
Berpikir sambil menyetir sangatlah menganggu. Tapi Asrar tetap fokus, dia harus rileks. Tak pernah terpikirkan juga, bahwa dia benar-benar akan melamar Halwa. Satu-satunya Perempuan yang dicintainya.
"Belok kanan, Srar," suruh Rudi yang terus melihat ke google maps di handphone Asrar.
"Nah, kayaknya di depan, rumah pagar putih." Rudi menunjuk rumah berlantai dua itu.
Mereka telah sampai, ketiga mobil itu berjajar di depan rumah dengan halaman yang sangat luas. Komplek rumah ini termasuk elite di Surabaya.
Melihat tidak ada orang disekitar, Asrar keluar terlebih dahulu, dia berjalan mendekat ke pagar rumah mewah itu.
"Ada perlu apa?" Satpam rumah itu keluar lewat pagar kecil. Dia sudah mengamati dari tadi, takut ada orang yang mencurigakan.
"Saya mau tanya, apa benar ini rumah Halwa Saniandita?" Asrar bertanya, dia memandang takjub rumah didepannya.
"Oh bener, memangnya ada perlu apa, ya?" Mata Satpam itu sedikit melihat ke dua mobil di belakang mobil Asrar juga. Jarang-jarang ada yang menanyakan nama anak majikannya. Apalagi ini seorang laki-laki. Biasanya Satpam itu hanya tahu Nadhira dan Lilia.
"Boleh saya ketemu orang tuanya?"
"Mas nya ada janji?"
"Gak ada, tapi saya kenal dengan Halwa. Tujuan saya ke sini, mau melamarnya. Saya ke sini bersama keluarga saya," tunjuk Asrar mengarah ke orang tuanya yang melihatnya dengan menurunkan kaca mobil.
Mendadak tanpa konfirmasi kepada orang rumah di depannya, mungkin sedikit membingungkan. Mau bagaimana lagi, Asrar tidak mau kalah dengan orang lain, dia harus membuka matanya dan tidak egois hanya karena mengikuti kebenciannya yang sekian lama selalu ada.
"Astaga, ngelamar?" Satpam itu tampak terkejut. "Sebentar." Sedikit berlari kecil, satpam itu kembali ke tempatnya dan menelepon, entah ke siapa.
Tak lama, dia kembali keluar. "Silakan masuk, mas. Mobilnya bawa juga sekalian."
"Baik." Asrar kembali ke mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
SpiritualSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...