Chapter 21 : Merenung

680 44 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

---------------

Dikuatkan oleh pencipta, dan dipatahkan oleh ciptaan nya.

Revisi Bab 21 : Selesai!

---------------

Selamat membaca


Jauzi
Besok kerja.

Gue nggak di pecat?

Jauzi
Emangnya mau di pecat?

Enggak lah!

Jauzi
Syarat nya, besok lo harus ngaku ke pelanggan yang datang kemarin.

Emangnya lo hapal semua pelanggan kemarin?

Jauzi
Ya enggak sih! lo pasti tahu sendiri, langganan kita.

Makasih, Jauzi. Tapi gimana sama Asrar?

Jauzi
Biar itu jadi urusan gue. Lo kerja aja besok.

Makasih lagi. Lo emang baik, ikan cupang lo gue ganti.

Jauzi
Okeh

[•••••]

Bukan berarti Halwa bisa tenang karena mendapatkan izin kerja oleh Jauzi. Ya, Halwa pasti dipandang tidak suka. Dia tahu dia salah. Belum lagi, masalahnya dengan Asrar. Setelah dipikir-pikir, ternyata Halwa salah mengambil langkah. Dia memang tak mempermalukan dirinya sebagai perempuan untuk menyukai Asrar, tapi Halwa malah menodai dirinya sendiri dengan kesalahan yang fatal dan bahkan memfitnah orang lain atas kesalahannya.

Apapun di tempat kerja nanti, Halwa siap menerima konsekuensinya. Tinggal beberapa meter lagi Halwa sudah akan sampai di rumah makan Asrar.

Tapi, Halwa lebih memilih berhenti dulu, dia mampir ke cafe untuk membeli kopi. Halwa butuh kopi supaya menjaganya agar tidak tertidur. Semalam Halwa begadang, dia terus kepikiran Asrar.

"Mas, pesan kopi tapi gula nya dikit aja," ucap Halwa. Lalu duduk di depan para barista yang membuat kopi.

"Baik."

Pergelangan tangannya di angkat untuk melihat jam. Belum terlambat, hanya tersisa sepuluh menit lagi. Pasti di rumah makan sedang beres-beres sebelum buka.

Beberapa kali Halwa menghela napasnya. Senin pagi jam sembilan lebih tak membuat Halwa semangat, seperti anak sekolah pada umumnya yang membenci hari Senin.

"Kopinya, kak."

"Mas kopi nya satu, samakan sama dia," tunjuk nya pada Halwa.

Keadaan berubah menjadi canggung, Halwa sadar orang yang duduk disebelahnya adalah Fira, perempuan yang difitnah nya kemarin.

"Hai. Boleh bicara berdua?"

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang