Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
Jangan lupa terawih malam ini lho, guys. Sekarang adalah sarapan dan makan siang untuk yang terakhir kalinya.
Air putih yang biasa saja akan terlihat menyegarkan ketiga berpuasa nanti:)
Di bulan Ramadhan, jangan lupa perbanyak baca Al-Qur'an, dzikir, dan berdoa kepada Allah.
––––––––––––––
Satu orang yang mencintai ku dan membenci ku. Dialah cinta pertama ku.
Revisi bab 37 : Selesai!
–––––––––––––––
(Selamat membaca)
Jamuan makanan serta camilan sudah tersedia di atas meja. Halwa lah yang menyiapkan semua ini, orang tuanya hanya ingin terima jadi saja dengan memberikan uang ke Halwa untuk membeli sesuatu yang diperlukan.
Dikamar, Halwa sudah berdandan dengan pakaian gamis berwarna putih dengan kerudung pashmina senada dengan gamisnya. Halwa baru saja selesai memakai kaos kaki setelah berdandan di area wajahnya agar terlihat fresh.
Dia terus melihat dirinya di cermin full body. Keluarga Asrar sudah datang, dan Halwa masih terus berada di dalam kamarnya, karena belum siap dan malu bertemu Asrar. Memikirkannya saja membuat pipi Halwa bersemu, apalagi menatapnya.
Halwa mengipasi wajahnya, dia menarik napas dan membuangnya terus menerus di depan pintu yang kenop nya sudah dia pegang. Ini terlalu membahagiakan sampai Halwa tak bisa bereaksi dengan tenang. Dia baru merasakan rasa kebahagiaan besar ini selama hidupnya.
"Bismillahirrahmanirrahim, lo pasti bisa, Wa!" Kenop itu diputar, sehingga pintu terbuka.
Halwa turun ke bawah, terdengar suara-suara bersahutan di telinganya. Berusaha tersenyum dengan manis dan bersikap tenang kala kakinya satu persatu melangkah.
"Nah itu, Halwa," ucap Wanda sangat antusias.
"Masya Allah, iyeu mah lain sambarang awewe deui. Tapi bidadari atuh, meni geulis pisan," puji Fitria sambil berdecak kagum yang terus melihat Halwa sampai sudah duduk di sofa.
(Masya Allah, ini bukan sembarang perempuan lagi. Tapi bidadari, cantik banget)
"Kamu kenapa lama banget," kesal Murni, menatap sinis ke arah Halwa.
Kali ini bukan hanya orang tuanya saja, tapi saudara-saudara dari ayah dan ibu Halwa juga datang untuk membicarakan perencanaan pernikahan antara Halwa dan Asrar lebih jauh lagi.
"Aku tadi lama di toilet, maaf ya semua," ucap Halwa, tersenyum manis kepada keluarga Asrar. Bukan kebohongan, tapi nyatanya memang benar. Kalau dalam rasa gugup dan panik, Halwa selalu membuang air kecil terus menerus.
"Gak papa," balas Rudi.
"Jadi gimana? tanggal dan hari apa yang paling bagus untuk melangsungkan pernikahan?" tanya Halgan. Dia langsung pada intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
ДуховныеSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...