Chapter 8 : Nadhira & Laili

767 50 6
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

---------------

Mengejar kamu itu layaknya mengejar mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi, sementara aku dibuat lumpuh di tempat.


Revisi bab 8 : Selesai!

---------------


"Tapi terimalah permintaan terakhir ku ... ." Suara Halwa terdengar, dan arah matanya mengarah kepada Asrar yang seperti biasa sibuk melayani pelanggan.

"Genggam tangan ku sayang, dekat dengan ku ..., peluk diriku. Berdiri tegak, di depan aku, cium kening tuk yang terakhir. Ku kan menghilang, jauh dari mu tak terlihat sehelai rambut pun. Tapi di mana nanti kau terluka, cari aku, ku ada untuk mu."

Penuh gemuruh tepuk tangan ketika Halwa menghentikan nyanyian nya. Suara Halwa lumayan enak di dengar. Orang-orang hanya berfokus pada itu, namun kenyataannya, di setiap bait dan lirik lagunya, Halwa begitu mendalami. Lagu dari penyanyi muda Lyodra itu, begitu pas tentang keadaannya saat ini.

Asrar hanya diam saja tak bereaksi sama sekali. Padahal, Halwa sangat ingin melihat sudut bibir itu membentuk senyuman kepadanya. Mata yang menatap kagum, dan ekspresi wajah yang tak menampilkan ekspresi datar lagi.

"Woy! lagi halu ya, lo," goda Jauzi yang tiba-tiba tepat di sampingnya. Jauzi membuatnya membuyarkan semua imajinasi kebahagiaan nya bersama Asrar.

"Halu apaan?" Mata Halwa hanya melirik sebentar ke Jauzi lalu melihat kembali ke Asrar. Laki-laki sungguh membuat Halwa terpesona, imannya selalu goyah jika dihadapkan dengan Asrar. Halwa tak bisa menjaga perasaan dan pandangan nya.

"Lo nyanyi, seakan-akan ditujukan pada Asrar." Baru, ketika Jauzi mengucapkan itu, kepala Halwa benar-benar menoleh ke samping Jauzi.

"Emang," aku Halwa santai.

"Mbak sini," panggil salah satu pelanggan.

Kepala Halwa mengangguk. "Kerja sana lo pengangguran," cibir Halwa, lalu meninggalkan Jauzi, berjalan mendekat ke pelanggan yang memanggilnya.

"HALWA!" Kali ini panggilan namanya begitu sangat keras.

Semua orang yang mendengar melihat ke sumber suara yang mana di sana sudah ada seorang perempuan yang memakai kerudung pashima.

"Nadhira, Laili." Belum sempat Halwa pergi ke arah mereka. Tapi, mereka cepat-cepat datang ke depan Halwa.

"Kena-"

"Lo masih aja pembohong ya, Wa," sela Laili dengan pandangan tak suka.

Firasatnya suasana akan tidak begitu baik, Halwa membawa kedua sahabatnya untuk pergi menjauh dahulu keluar dari rumah makan.

"Maksud kalian apa?" tanya Halwa. Matanya tetap siaga melirik-lirik ke arah pintu masuk rumah makan, takutnya Asrar menghampiri nya.

"Lo di sini baik-baik aja! katanya penyakitan" ujar Nadhira.

"Bahkan lo kerja lagi," tambah Lilia. Seakan kedua perempuan itu polisi yang sedang mengintrogasi Halwa.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang