Chapter 23 : Musuh Dalam Selimut

575 33 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––

Jangan jadikan sikap ku yang dulu sebagai sikap mu yang kasar sekarang.


Revisi bab 23 : Selesai!

––––––––––

(Selamat membaca)

Kata Asrar, Halwa akan dianggap angin lalu. Tak terlihat, namun terasa bagi mereka. Halwa tahu kehadiran nya di sini sudah tidak diinginkan oleh Asrar. Tapi, dengan segenap jiwanya Halwa akan terus berjuang.

Halwa kembali lagi bekerja. Kemarin adalah hari yang berat, dan semoga hari ini adalah hari yang bahagia bagi Halwa. Mungkin.

"Pagi, Wir," Sapa Halwa dengan cerianya.

Mata sinis Wirda hanya melirik sekilas, lalu kembali dengan kerjaannya. Semua karyawan jauh lebih menjauhinya sekarang. Mereka bahkan tidak ada yang melihat ke arah Halwa sama sekali.

Halwa kembali ke tempat kerjanya di dapur. Penolakan Asrar nantinya, akan Halwa tentang. Halwa tahu, Asrar frustasi karena usahanya naik turun dan tidak ada perkembangan. Ini semua karena tidak ada campur tangan Halwa. Asrar tetep bersikeras untuk tidak memperkerjakan Halwa sebagai koki memasak di sini. Lebih tepatnya, tidak ada kerjaan sama sekali, alias di pecat.

"Ngapain ke sini?" tanya Jauzi cepat yang melihat Halwa masuk ke dapur.

"Gue mau masak lah," jawab Halwa, seolah tidak ada terjadi apa-apa kemarin.

"Lo udah di pecat! telinga lo gak dipake kemarin," ucap Jauzi.

"Gue gak bakal pergi dari sini. Gue tahu, rumah makan ini perlu ada gue untuk bisa berkembang," kata Halwa begitu serius, dia mengangkat dagunya seolah menantang di setiap tekanan Jauzi yang menyuruhnya pergi.

"Please, Wa. Seharusnya lo pergi jauh-jauh dari hidup Asrar. Lo ... emang beban di sini," tutur Jauzi. Di dalam dirinya sudah tidak ada rasa iba lagi terhadap Halwa.

"Bakal gue tunjukkin, beban kayak gue bisa buat rumah makan ini kembali rame," tantang Halwa pada dirinya.

"Terserah, lo!" Jauzi melemparkan asal celemek yang dibuka nya kasar tadi. Dia pergi keluar, dengan perasaan yang sangat kesal dan dongkol.

"Lo yang masak di sini?" tanya laki-laki kemarin yang memasak di rumah makan Asrar.

"Iya, awas gue yang masak!" Celemek yang terlipat dimeja Halwa kenakan.

Laki-laki itu menyingkir, lebih mengerjakan yang lainnya yang belum tersentuh. Kedua tangan Halwa mulai menyiapkan bumbu-bumbunya. Dia tidak pelit bumbu untuk menghasilkan rasa yang membuat lidah bergoyang.

Minyak pun sudah panas. Kali ini dia akan membuat ayam penyet sambal ijo untuk menarik konsumen kembali. Bau harum sudah mulai tercium ketika kepulan asap dari wajan keluar.

Halwa tidak banyak bicara, dia terus melakukan nya dengan serius. Anggap saja ini akan menjadi permintaan maaf nya pada Asrar. Laki-laki yang bekerja memasak juga nampak takjub dengan masakan Halwa yang berhasil menarik mata dan hidungnya.

Semua sudah siap. Halwa memasak nya dengan gesit. Ayam yang dilumuri sambal ijo telah tersaji cantik di piring putih yang sudah dihias secantik mungkin.

Pertama, Halwa memotret makanan itu, dan kedua dia membuat Vidio sambil memegang piringnya.

"Assalamualaikum, ayam-ayam sudah berkokok nih minta di makan. Ayo guys kunjungi rumah makan Aswa di dekat pusat kota Galuh mas raya, Karawang. Makanan di sini akan memanjakan lidah-lidah kalian dan siap membuat keringat kalian seperti berolahraga. Tenang aja nih, buat kalian yang males keluar, bisa pesan lewat Gojek. Untuk bisa merasakan masakan aku, semua akan berjalan mudah. Ditunggu ya ...! Bay ...!" Terakhir, tangan Halwa melambai, lalu vidio pun berakhir setelah Halwa memberhentikan nya.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang