Chapter 36 : Sibuk

762 36 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Ih masih lumayan banyak lagi bab nya, sekitar 40 lebih. Semoga aja bisa tamat sebelum Ramadhan. Aamiin.

–––––––––––––––

Dalam beribu-ribu kata tolakan yang kau ucapkan. Kalau memang kamu hanya untukku, tidak ada yang bisa memisahkan kita. Kecuali kematian atas izin Tuhan.

Revisi bab 36 : Selesai!

–––––––––––––––

(Selamat membaca)

"Jadi ini tempatnya."

"Iya, ayo masuk." Wanda sebagai istri Dian mempersilakan Halwa dan mamah mertuanya–Fitria–untuk ke dalam.

Ini memang hari di mana pemilihan gaun pengantin untuk Halwa. Wanda yang sudah ahli dan tepat sekali tahu dengan fashion, menjadikan dia yang harus memilih di mana butik yang bagus di Surabaya. Jangan dilupakan, Wanda juga tahu Selak beluk butik di sini, karena sebelum menikah pun dia selalu pergi jalan-jalan dan menemani teman-temannya memilih baju pengantin.

"Kamu itu loh, ibu cape tahu. Ini sudah kali kelima kita ke butik, tapi belum cocok juga. Awas aja, kalau yang ini–"

"Enggak, Buk. Ini yang terakhir kalinya kok." Wanda terkekeh, walau tidak sopan kepada mertuanya.

Mereka masuk, di sambut dengan pelayan butik yang mempersilakan mereka untuk memilih dan duduk di sofa khusus pelanggan.

"Wah bagus-bagus banget," seru Halwa. Dia langsung melihat-lihat dan memegang gaun tersebut satu persatu.

"Kamu mau yang mana? pilih aja." Wanda ada di samping, Halwa dia juga melihat-lihat.

"Tapi kalau aku milih, jadi gak serasi dong sama baju jas yang Asrar pake nantinya." Setelah dipikir-pikir memang iya, lagian kan Asrar juga tidak ikut.

"Tenang aja, kamu pilih aja. Kakak jamin, bakalan serasi kok," yakin Wanda.

"Okeh lah."

"Kamu coba satu persatu aja, supaya kelihatan."

"Tapi kak, aku gaunnya mau yang model berhijab," pinta Halwa.

Wanda tertawa, dia jadi malu sekaligus merasa bersalah. "Maaf, kakak lupa."

"Hehe, iya gak papa."

"Mbak, ada yang model hijab? bajunya gak terlalu ketat juga." Entah ada atau tidak, Wanda tanyakan saja.

"Aduh, pasti gak ada. Berarti kita pindah butik lagi nih," kesal Fitria. Buat dia yang sudah berumur, kakinya sampai pegal dan bahkan keram. Bukan karena banyak berjalan, tapi tidak tahu kenapa cuman menunggu saja serasa cape.

"Bentar dulu, Bu. Kan lagi ditanyain," ucap Wanda.

Pelayan itu kembali diikuti pelayan lainnya yang membawa patung-patung yang mengenakan gaun pengantin, dan juga yang digantung di dorong oleh dua pelayan.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang