Chapter 19 : Lamaran

719 42 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––––––––


Rela menutup hati demi satu hati yang tak pernah membuka hati.


Revisi bab 19 : Selesai!

–––––––––––––––

(Selamat membaca)


"Kamu mau langsung ke mana, Halwa?" Selesai sarapan, suara dari Fitria membuka topik.

"Aku mau ke kontrakan temen aku, kebetulan dia libur hari ini," jawab Halwa.

"Iya ya, berhubung kamu juga libur sekarang," kata Fitria.

Bagaimana Halwa bisa mendapatkan hari libur. Ya tentu saja dengan rapat tadi subuh yang penuh dengan perdebatan antara orang tua Asrar dan bos pemilik rumah makan itu. Asrar begitu banyak menentang tentang keputusan Ayahnya. Apalagi memutuskan hari libur pada hari Jum'at dan Sabtu. Halwa hanya diam pada saat itu, dia hanyalah karyawan dan bukan siapa-siapa juga di sini, jadi tak ada hak untuk ikut serta berdebat.

Sekarang hari Sabtu, dan pas sekali libur. Karena tidak mau durhaka, Asrar menerima keputusan sang Ayah.

"Aku langsung pamit, ya, om, tante." Halwa sudah siap dan berdiri dari duduknya.

"Ayo tante antar keluar," ajak Fitria. Keduanya berjalan ke arah pintu utama. Di halaman rumah Asrar sudah ada motor matic putih nya yang sudah terparkir.

"Lain kali ke sini lagi, ya," ujar Fitri. Berat sekali melepaskan Halwa begitu saja setelah menyalami tangannya.

"Pasti itu mah, tante. Assalamualaikum."

"Waalakumussalam." Fitria terus berdiri sampai Halwa sudah keluar dari gerbang dan hilang dari pandangannya.

Pagi-pagi sekitar jam 08.30, Halwa baru saja sampai di depan kontrakan Deva setelah tadi ada seorang penjaga yang membukakan gerbang untuknya. Halwa lalu diarahkan oleh seorang penjaga ke tempat Deva berada.

"Di sini, kalau ada apa-apa tinggal bilang sama saya, ya." Penjaga wanita yang sudah akan beranjak umur begitu ramah.

"Iya, makasih ya, Bu."

"Sama-sama."

Seusai ibu itu pergi, Halwa mengetuk pintu kontrakan Deva sampai sepuluh ketukan dan tidak ada tanda-tanda kenop pintu itu tergerak. Halwa kesal, pesannya yang dikirimkan sewaktu di rumah Asrar saja belum di balas. Terakhir Deva online juga jam lima subuh tadi.

"Pasti ketiduran," tebak Halwa dalam hatinya.

Dia berniat mengetuknya kembali. Tapi keburu ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Astaghfirullah." Halwa beristigfar seraya mengusap dadanya naik turun. Tubuhnya juga berbalik menyamping cepat melihat orang yang menepuk nya.

"Gitu aja kaget," kata Deva terlihat santai dan tidak memperdulikan Halwa yang hampir saja copot jantungnya. Dia menyingkirkan tubuh Halwa dan membukakan pintu kontrakannya.

Aku yang tak dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang