Chapter 24 : Lupakan atau Tinggalkan

180 21 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...


Saling berteman yuk. Follow Instagram raodatu_09 (tenang, aku pasti follow balik)

–––––––––––––––

Mundur atau maju?

–––––––––––––––

(Selamat membaca)

"Lo harus sadar, Wa! laki-laki kayak Asrar gak pantes diperjuangkan. Kalau lo mundur, gue akan bantu lo buat ngelupain dia."

Itu kata-kata terakhir dari Deva yang Halwa ingat ketika kemarin mereka bertemu.

Sudah lima hari Halwa tak masuk kerja. Bukan tidak mau masuk, tapi memang Jauzi yang memberitahunya lewat pesan chat bahwa rumah makan ditutup sementara selama tiga hari, dan dua harinya itu memang jadwalnya libur.

Halwa begitu uring-uringan memikirkan Asrar. Seakan yang hanya di otaknya adalah Asrar. Tentang perasaan Halwa, bukan Deva saja yang memberi wejangan, tapi Nek Rahmi juga.

Sekarang, perasaan Halwa sedikit lega. Hari Selasa ini, rumah makan Asrar kembali dibuka. Halwa tahu dari Jauzi.

Halwa masih bertekad kuat. Kata-kata menyakitkan dari Asrar dan Arsya kemarin, tak membuat nya goyah. Halwa harus lebih berusaha lagi berjuang, dan tidak lemah. Dia juga sudah meminum jamu kuat, supaya fisik dan batinnya sekuat baja.

Motor Halwa diparkiran di depan. Dia masuk ke dalam rumah makan yang baru dibuka oleh karyawan lain. Di tempat kasir sudah ada Jauzi juga yang mengobrol dengan Reno.

"Pagi," sapa Halwa.

"Gue suka gaya lo," puji Reno, dia mengangkat jempolnya di hadapan Halwa.

"Maksudnya?" Halwa tidak mengerti.

"Lo itu strong woman." Mungkin kali ini, dii sini yang paling memihak pada Halwa hanya Reno saja seorang.

"Berlebihan lo!" ketus Jauzi.

"Ren, ayok! tempat lo bukan di sini," titah Halwa berjalan dahulu untuk menuju dapur.

"Woke!" balas Reno.

Halwa lebih dulu memakai seragam nya di kamar mandi. Dia keluar mendapati Reno yang sedang menyiapkan bumbu-bumbunya yang akan Halwa olah. Ayam nya juga sudah siap, nampak segar yang Baru di beli dan dipotong barusan.

"Asrar belum datang ya?" tanya Halwa, dia mengambil pisau dan mengiris daun bawang yang sudah di cuci.

"Udah," jawab Reno.

"Hah! udah? sejak kapan?" Halwa menghentikan aktivitas mengiris nya.

"Tadi mungkin, gue gak tahu. Intinya, kata Jauzi, dia yang paling awal datang." Bisa dilihat oleh Reno, ekspresi Halwa begitu terkejut dan penasaran.

"Dia ada di ruangannya," jawab Reno menambahkan, tahu kalau Halwa pasti akan menanyakannya.

"Ya terus? bagus dong kalau udah datang. Ayo cepetan!"

Aku yang tak Dipercaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang