Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ....
––––––––––––––––
Bahagia ku adalah bahagia mu. Jadi, jangan pernah untuk bersedih.
Revisi bab 11 : Selesai!
–––––––––––––––
(Selamat membaca)
"Jangan membantu Halwa, Jauzi. Apalagi untuk dekat dengan saya."
"Lah ..., gue?" Merasa arah pembicaraan kepadanya, Jauzi mengikuti Asrar sampai ke ruangannya. Ada yang salah dengan Asrar, dia bingung karena belum tahu arah jelasnya ke mana.
"Cukup kerja aja, jangan–"
"Tunggu-tunggu, gue gak ngerti. Apa maksud, lo?" Jauzi berdiri di depan Asrar yang duduk di sofa.
"Beberapa hari ini, Halwa sering berkunjung ke rumah. Itu cukup buat saya keganggu. Sebagai teman baik saya, harusnya kamu tau apa yang bisa kamu lakuin untuk menjauhkan saya dengan Halwa, bukan malah mendekati nya." Asrar mendongak, menjawab pertanyaan dari Jauzi yang tidak dia mengerti. Setelahnya, Asrar kembali fokus ke handphone nya.
"O-okeh, gue akui itu gue yang kasih tahu," ucap Jauzi mengakui kesalahannya. "Tapi, gue gak kepikiran sampai ke sana. Maaf."
"Udah gak berarti lagi, udah terlanjur. Halwa itu terus menganggu saya." Ya mau bagaimana lagi, Asrar hanya bisa menerima apa yang sudah terjadi.
"Srar, tapi lo beneran udah gak percaya lagi sama Halwa? bisa aja kan dia dapat hidayah. Kita lihat sendiri, Halwa juga udah pakai hijab, itu salah satu kemajuan yang sangat besar," ujar Jauzi, dia berkata seperti itu karena dia juga masih ragu-ragu untuk mempercayai Halwa.
"Alhamdulillah kalau dia memang sudah berubah dan mau menutup auratnya. Tapi, gimana sama sifatnya yang selalu bohong? saya gak mau menjadi korbannya lagi." Kekecewaan yang dirasakan Asrar, sampai membuat pintu hatinya tertutup dari hal cinta diluar sana. Dia pernah mencintai seseorang dengan tulus dan serius, tapi sayangnya perempuan itu tak tulus dan tak menganggapnya serius.
"Tapikan–"
Asrar menyela. "Mendingan lanjut kerja. Di luar udah ramai, pasti Halwa udah dateng. Jangan sampai dia ke sini."
"Oke." Jauzi tidak mau dipecat, dia menuruti perintah Asrar. Mencari kerja sekarang susah, dan untungnya dia mendapatkan posisi yang Asrar paling percayai.
Pintu ruangan Asrar di tutup, dan benar saja setelah beberapa langkah ke depan, Halwa berjalan berlawanan arah dengan nya. Jauzi cepat-cepat menghalangi jalan Halwa.
"Mau ke mana?" Tangan Jauzi merentang. Berusaha tidak mempersilakan Halwa masuk ke dalam ruangan Asrar. Dia tidak ingin, dia juga disalahkan dan ditatap sama seperti Asrar ke Halwa.
"Ya mau ke calmi lah, calon suami," perjelas Halwa.
"Asrar gak mau diganggu, dia lagi sibuk," alibi Jauzi.
"Jangan bohong deh. Liat nih, gue udah bawain dia gulali, roti manis, sama es krim. Minggir lo!" Kekuatan Jauzi kalah dalam mempertahankan tubuhnya. Dengan sekali tepis, tubuh Jauzi langsung menyingkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang tak dipercaya [END]
SpiritualSalah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asrar, laki-laki yang penuh rahasia di dalamnya. Mengenai kebenaran tentang penyakitnya, apakah Halwa b...