Halo!
Makasih lho buat 1.2K votes dan 3.1K komen nya, baik banget sih kalian nambahin 1100 vote. Pasti ada maunya, nih? 😭🤣
Target nya masih sama, 1.2K vote dan 2K komen ya buat next chapter 🥰
Tandai kalau ada typo ya pren 😁
Happy Reading...
***
Pagi menjelang, Shaga bangun dengan perasaan ringan. Tidur nya nyenyak semalam. Bukan karena mimpi indah, tapi karena sebelum terlelap apa yang dia dengar adalah suara Hazel. Setelah menanyakan apakah gadis itu ingin tinggal di rumah nya atau tidak yang di tolak ketus oleh Hazel, panggilan tidak langsung berakhir.
Entah berapa lama mereka saling terhubung di panggilan, Shaga tidak begitu ingat. Dia juga lupa siapa yang tidur duluan di antar mereka, karena saat pukul lima pagi saat dia bangun, panggilan masih terhubung dengan baterai ponsel nya yang lemah.
"Bangun!" Shaga berseru saat panggilan video nya terhubung, cowok itu terkekeh melihat wajah ngantuk Hazel memenuhi layar ponsel nya. tampak Hazel menegakkan badan, lalu tengkurap, sepertinya gadis itu menaruh ponsel di kasur tepat di bawah nya karena yang Shaga lihat kini adalah wajah gadis itu dari bawah. "Iler tuh sama belek," cibir Shaga, tanpa Hazel ketahui, cowok itu berujar sambil mengambil gambar.
"Biarin, pelet nya ini."
Shaga mendengkus mendengar jawaban asal itu.
"Kamu, kok, udah mandi? Baru setengah enam juga."
"Aku ke bengkel dulu bentar," Shaga menjawab sambil menaruh ponsel nya di meja belajar, dia kemudian melangkah untuk mengambil kemeja seragam nya yang tergantung. Cowok itu berjalan kembali ke tempat semula sambil memasukan kancing-kancing ke lubang nya.
"Kancing sampai atas, kaus hitam kamu kelihatan," tegur Hazel.
"Kecekek kalau sampai atas," Shaga menyahut sambil menyambar dasi, hendak menyimpul nya namun dia urungkan. "Aku gak bisa pakai dasi by the way," katanya menyugar rambut ke belakang.
Alir Hazel terangkat dua-dua nya. "Terus aku harus gimana? Salto?"
"Harus pasangin lah," decak Shaga. "Mandi, dulu gih."
"Hm."
"Abis itu bikin omlet, kayak kemarin."
"Hm."
Shaga masukan ponsel nya ke kantung celana setelah panggilan selesai, dia pakai jaket parasut hitam nya, mencangklong ransel, kemudian keluar dari kamar. Menuruni tangga demi tangga dengan lari kecil, Shaga beberapa kali bersiul sambil memutar-mutar kunci di jari telunjuk nya.
"Pagi," Shaga menyapa kedua orang tua nya yang sudah ada di meja makan. Sarapan belum siap, namun mereka kini sedang menikmati teh di masing-masing mug nya.
"Kamu udah rapi lagi, sih?" tanya Ranti, biasanya Shaga paling susah di bangunkan. Harus di teriyaki pakai urat dan tendangan ke pintu kamar dulu baru anaknya itu akan bangkit.
Shaga sesap dulu teh manisnya sebelum menjawab. "Mau ke bengkel dulu."
"Bengkel? Memang mobil kamu kenapa?"
"Bukan mobil, motor."
"Motor yang mana?" Papa Shaga yang bertanya. Shaga mempunyai dua motor, satu Vespa matic yang akhir-akhir ini sering dia pakai dan Ducati merah yang sangat jarang dia bawa keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAGA (SELESAI)
Teen FictionJUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, enam bulan lalu. Kemudian, karma datang menghampirinya. Dua bulan menghabiskan waktu dengan Hazel, Shaga jadi menyesal karena selalu mengangga...