SHAGA || THIRTY TWO

92.6K 11.7K 7.2K
                                    

Halo!

Double UP nih! Hadiah buat kalian karena tiga bab kemarin vote dan komen nya banyak 😚😚

Bestie, walau nggak target vote. Jangan bolong2 vote nya ya, kalau kalian gabut, baca ulang Hazel aja sambil cek siapa tahu nggak sengaja blm vote 🥰

Target masih sama ya. 6K komen buat update bab 33 besok ❤️

Happy Reading...

Vote, komen, share 🦋

***

"Singkirin tangan lo kalau nggak mau itu tangan pindah ke pantat!" Shaga berteriak tidak suka, dia berlari kecil seperti anjing menggonggong untuk kembali ke tempat di mana Hazel terdiam, Shaga tepis tangan Elang dengan tatapan membidik tajam seolah ingin menyorot tangan cowok itu sampai berlubang. "Pegang-pegang tunangan orang! Kurang ajar banget tangan nya!"

Shaga kemudian menatap Hazel, khawatir saat saat bahwa mata gadisnya berair. "Bangsat Langlang! Lo ngapain dia?!" todongnya marah, semakin besar rasa kesalnya kala Elang hanya melengos sambil memutar bola mata lalu pergi begitu saja.

Rasanya Shaga ingin menonjok bule satu itu sampai loncat ke neraka!

Langlang berengshake!

"Kamu kenapa, yang?" Shaga bertanya lembut, dia bingkai wajah halus Hazel dengan kedua tagan nya yang besar. Wajah itu, tarasa pas di tangan nya hingga Shaga betah berlama-lama memandanginya. "Ada yang sakit?"

Hazel menggeleng, dia tangkup punggung tangan Shaga di pipinya. "Kelilipan tadi."

"Kalau kelilipan panggil aku jangan si Langlang!" Shaga jadi kesal lagi, dia usap-usap pipi Hazel seolah ingin menghapus jejak tangan Elang barusan. "Gatel banget, sih itu cowok! Pegang-pegang punya orang!"

Hazel terkekeh saja menanggapinya, "Shaga, minggir," suruhnya. Shaga menyingkir dari dekat Hazel tapi tak benar-benar menjauh, dia tahan bingkai pintu agar tidak tertutup.

Shaga perhatikan Hazel yang sedang berbenah, terkekeh geli karena Hazel tampak repot dengan barang bawaan nya. "Sini, biar aku bawa tas sama bunga nya," usul Shaga.

"Daritadi, dong," dengkus Hazel, dia lepas slingbag dari badannya, lalu menjulurkan tangannya untuk berikan itu pada Shaga.

Shaga menggerakan tangan, hendak menerima slingbag namun mendadak slingbag itu jatuh dari tangan Hazel. Tidak ada yang aneh sebenarnya, kalau saja Hazel tidak terlihat syok. Tangan gadis itu terkulai lemas sementara mata Hazel bergetar, menatap nanar pada tangan.

"Sayang." Shaga menegur pelan, dengan hati-hati mengelus tangan Hazel yang terlihat lemas tapi ternyata kaku. "Biar aku aja," cegah Shaga saat gadisnya berusaha untuk membawa slingbag di bawah.

"Biar aku!" Hazel membentak, gadis itu membungkukan badan lalu terlihat dengan usaha keras akhirnya tas itu tergapai juga.

Shaga mengernyit heran, merasakan kemarahan Hazel hanya dari suaranya. Tapi kenapa gadis itu marah hanya karena slingbag nya jatuh?

Shaga menggeleng, dia ambil slingbag Hazel lalu memakainya di badan sendiri, dengan satu tangan membawa buket bunga sementara tangan yang lain mengenggam tangan gadisnya, akhirnya Shaga masuk ke dalam panti bersisian dengan Hazel.

"Den, Shaga!"

"Oy bi Ami!" Shaga menyahut antusias sambutan heboh dari bi Ami ketika dia masuk ke dalam. "Weehh di cat abu nih rambutnya?" kekeh Shaga.

"Ih si Aden, mah! Bukan atuh, ini teh huis, apa ya bahasa Indonesia nya teh, uban!" kata Bi Ami tertawa. "Eleh eleh Non Hazel kenapa? Pucet amet wajahnya?"

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang