Assalamuaiakum...
Masya Allah, makasih buat 13.3K komentarnya, nggak nyangka bisa di lebihin banyak hiksss 🤧
Buat pemenang spam komen terbanyak, aku spill nanti sore di story Instagram ya @destharan, komennya banyak banget, jujur aku jadi kesusahan lihat nama akun yang paling banyak spam huhu...
Jangan lupa follow ig @Shagamahatama dan @Elysiahazel, karena besar kemungkinan, kalau vote nya gak kunjung seimbang, aku akan update eksta chapter di feed IG mereka. Follow sekarang2 karena kalau udah sampai chapter 55, IG mereka nggak akan nerima lagi permintaan mengikuti 🤗
Happy reading!
***
"Lepaskan Hazel. Dia udah cukup menderita selama ini. Seperti yang tante bilang, dia adalah orang yang sabar dan jika Hazel sendiri udah menyerah, berarti dia udah sangat lelah," ucap Rima pelan, dia menatap Shaga tepat di mata. "Biarkan Hazel pergi, dia pantas dapat kebahagiaan, dan bahagia dia bukan ada di kamu, Shaga."
Ucapan Tante Rima kembali terngiang di kepalanya, berputar berulang kali seolah ingin Shaga sadar, bahwa mungkin yang tante Rima katakan itu benar. Bahagianya Hazel bukan dengannya. Tapi hati Shaga berteriak tidak terima, bagaimana mungkin Hazel tidak bahagia dengannya?
Walau dia sangat terlambat untuk berubah jadi lebih baik, tapi selama dua bulan kurang Shaga selalu berusaha yang terbaik untuk Hazel. Menghabiskan waktu setiap hari bersama gadis itu, Shaga bisa rasakan bahwa baik dia dan Hazel sama-sama merasa nyaman, dan bahagia. Benarkan? Hazel bahagia, 'kan bersamanya walau tidak lama?
Apa yang di katakan tante Rima tidak benar, 'kan?
Shaga berkedip, membiarkan air matanya lolos menjatuhi pipi. Dia berkedip-kedip lagi, dan air mata lainnya jatuh bersusulan. Matanya buram, tapi Shaga masih bisa melihat jalan di depan sana. Dia kini sedang di perjalan menuju rumah Hazel dengan motornya. Nekat menerobos hujan cukup besar, Jakarta akhir-akhir ini sering di guyur hujan, sama sepeti pipi Shaga yang akhir-akhir ini sering terjatuhi air matanya. Sudah Shaga bilang, semenjak ingatannya kembali, Shaga merasa sedikit cengeng.
Dua puluh menit bekendara, Shaga akhirnya sampai, dan syukurlah satpam di depan gerbang sudah mengenali motornya jadi Shaga bisa masuk pelataran dengan mudah. Berdebar keras hati Shaga saat akhirnya dia sampai di depan rumah Hazel, debar yang tidak nyaman, apalagi saat dia melihat ada mobil putih terparkir gagah di pekarangan. Mobil Elang, Shaga tahu itu.
Shaga lepaskan helmnya, dan saat itu juga air hujan membasahi kepala sementara badannya sudah basah lebih dulu. Dengan menenteng paperbag yang juga sudah basah kuyup, Shaga berjalan menuju pintu utama.
Baru saja dia hendak menekan bel, ketika pintu malah lebih dulu terbuka dan sosok Elang muncul dari sana. Wajah lelaki itu tampak kaku dan matanya menatap tidak suka, belum juga Shaga bicara, dadanya sudah di dorong membuat Shaga terhuyung beberapa langkah ke belakang.
"Ngapain lo ke sini berengsek?!" Elang tidak perlu repot menyembunyikan raut tidak sukanya, dari tenaga nya saja mendorong Shaga, sudah dapat Shaga tebak, Elang mungkin ingin mengahajarnya hingga sekarat.
"Hazel mana?" tanya Shaga tak gentar, dia maju lagi walau tendangan keras harus dia dapat. Shaga terbatuk, dadanya nyeri, namun dia bangun lagi dan kembali maju. "H-hazel mana?"
"Masih punya muka lo buat datang ke sini?!" cemooh Elang. "Pergi! Hazel nggak sudi ketemu lo."
Shaga usap wajah gusarnya, lalu tanpa ingin berdebat lebih lama dengan Elang, Shaga berhasil menerobos masuk walau harus mendapat satu tinju di perutnya. Shaga melangkah ke dalam, namun di langkah ke tiga, dia berhenti saat orang yang dia rindukan berjalan ke arahnya. "Hazel." Shaga menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAGA (SELESAI)
Teen FictionJUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, enam bulan lalu. Kemudian, karma datang menghampirinya. Dua bulan menghabiskan waktu dengan Hazel, Shaga jadi menyesal karena selalu mengangga...