Assalamu'alaikum...
Jangan lupa vote dan komen ya.
Semakin mendekati ending semakin jiwa malas update ku meronta-ronta 🙈
Ayok kasih aku semangat! <3
***
Kalau suatu hari Shaga mengingat sebagian kecil tentang masa lalunya, dan menanyakan hal itu secara langsung, sebisa mungkin kalian memberitahunya pelan-pelan. Jelaskan sesederhana mungkin, dan berhenti jika Shaga mulai menunjukan reaksi negatif seperti sakit kepala atau bahkan pingsan. Jangan di paksakan, tetapi selama Shaga masih bisa menerima dan mencerna dengan baik, ceritakan saja apa yang dia ketahui.
Melihat kondisinya sekarang terlihat normal dan baik-baik saja padahal sebelumnya pingsan setelah melihat foto Nyonya Emilly, saya rasa, kondisi Shaga sudah jauh lebih baik.
Hazel menarik napas panjang kala mengingat nasihat yang Dokter Fara berikan kemarin, bagaimanapun menyembunyikan semua nya terlalu lama tidak baik juga untuk Shaga. Biarlah perlahan Hazel berikan penjelasan dan sepotong-sepotong ingatan, Hazel hanya berharap Shaga akan baik saja.
"Kamu udah mandi, ganteng banget," puji Hazel tersenyum manis menutupi gugupnya.
Shaga menaikkan kedua alisnya, tentu sangat heran atas pujian Hazel. "Aku kalau nggak mandi juga ganteng perasaan," decaknya sambil berjalan menuju meja makan. Shaga simpan Panpan di meja lebar itu membuat Riko melotot.
"Turunin Shaga!"
"Nggak!" tolak Shaga di detik yang sama. "Kenapa, sih, Pa? galak banget sama cucu sendiri? Orang Panpan lucu begini juga."
"Kamu ini udah ngawur kemana-mana! Papa nggak mau punya cucu berbulu!"
Shaga terkekeh sambil mengambil satu biscuit dan melahapnya. "Minta sama Hazel sana, aku sih kalau Hazel mau, ngak akan nolak kasih cucu buat Papa."
Hazel mendelik sementara mama Ranti mesem-mesem di tempatnya, wanita itu tampak mengulum senyum geli sambil beberapa kali menyenggol lengan Hazel dengan sengaja. "Hazel, mama pengen cucu," ucapnya merayu.
Shaga tertawa karena itu, sementara Hazel tampak enggan menanggapi dan kembali berbalik badan untuk melanjutkan masakannya.
"Jadi siapa Emilly itu?" tanya Shaga serius. "Kenapa kalian kayak ngehindar dari pertanyaanku?"
Hazel menghentikan pekerjaannya dan mendekati Shaga. Gadis itu berjalan pada Shaga sambil berujar. "Mana ada ngehindar, kamu yang banyak bercanda" decaknya. "Emilly itu..., mama ku."
Riko dan Ranti sontak menegang sementara Shaga mengkerut kening. "Bukannya nama mama mu..., Emo?" tanya Shaga membuat ketiganya melotot. Emo, Emo, jauh amat!
"Eh siapa, sih? Aku lupa yang, maaf."
"Emma. Nama sebenarnya Emilly, tapi teman dekat dan keluarga lebih senang panggil mama Ema," jelas Hazel ragu-ragu. Bukan takut ketahuan berbohong namun takut dengan apa yang terjadi selanjutnya.
Shaga mengangguk. "Ohh gitu..., Emilly..., Emilly... sebentar aku kayak pern—" Shaga berhenti bicara, memegagni kepala saat suara entah dari mana asalnya, terngiang seolah begitu dekat di telinga.
"Aunty Em! Hazel panggil keluar, dong!"
"Aunty Emilly masak mie goreng nggak hari ini?"
"Aunty Emilly, ajarin aku bahasa Inggris!"
"Aunty Emilly, aku boleh nginap sama Hazel nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAGA (SELESAI)
Teen FictionJUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, enam bulan lalu. Kemudian, karma datang menghampirinya. Dua bulan menghabiskan waktu dengan Hazel, Shaga jadi menyesal karena selalu mengangga...