SHAGA || THIRTY NINE

86.2K 11.3K 2.6K
                                    

Aku upload ulang ya pren, tadi ke unpublish sama anakku. Eh malah jadi error pas di publish ulang :')

Pembaca baru di sini ada?

Malam mingguan nggak?

Btw jangan panggil aku thor ya, sebagai info, usiaku 26, udah menikah dan punya anak. Jadi tentuin sendiri kalian mau panggil apa. Des, Kakdes, Mbak Des, Teh Des, asal jangan Thor. Karena Thor itu...

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading...

Vote, komen dan share...

***

Shaga mengumpat dalam hati ketika dia di larang masuk ke dalam bangsal di mana Hazel di inap. Katanya, jam besuk di mulai pukul tujuh pagi, dan sekarang baru pukul setengah lima. Jadi maksudnya Shaga harus menunggu dua jam setengah di sini, begitu?! Hell no!

"Pak, tunangan saya sendirian di dalam. Biarin saya masuk." Shaga masih coba membujuk, berharap raut melasnya bisa mencairkan rasa iba si security. Semoga saja keadaan Shaga yang kucel, dan seperti orang sekarat ini bisa mengetuk pintu hati pria tambun berwajah sangar di depannya ini untuk membuka pintu gerbang. "Duh, Pak. Masa nggak kasihan, dia perempuan lho masih muda. Kalau butuh apa-apa gimana, Pak?"

"Iya, Mas. Tapi saya juga di sini kerja. Udah peraturan dari rumah sakit, kalau di luar jam besuk tidak ada yang boleh masuk," jawab si Security masih coba bersabar. Astaga, sebenarnya mahluk apa yang sedang dia hadapi ini? Keadaannya sungguh mengerikan. Rambut berantakan, baju kusut, sendal jepit yang salah pasangan. Belum lagi wajah Shaga yang jauh dari kata baik. Mata merah, kantung mata tebal, sementara bibirnya pucat. "Mas, baru pulang perang apa gimana?"

Shaga menghela napas, malas menanggapi. Kepalanya pening, dan matanya buram sekarang. Badannya juga terasa lemas sekali, untuk itu Shaga putuskan saja duduk di meja pos. Menyimpan kepala di sana lalu memejamkan mata. Dia ingin tidur sebentar setelah empat hari tidak tidur.

Cukup pulas ternyata Shaga tidur, karena saat dia di bangunkan, bisa Shaga lihat cahaya matahari sudah cukup tinggi menerangi tempat bercat putih ini, sudah banyak orang juga yang berlalu lalang melewatinya. Sambil menegakkan badan, Shaga mengecek jam di tangan, pukul setengah sembilan. Buru-buru Shaga bangkit, merapikan diri, kemudian berjalan menuju bangsal di mana Hazel di rawat.

Kamar Anyelir nomor tiga, Shaga berhenti di dekat pintu, karena jendela kamar inap itu terbuka, Shaga coba mengintip. Dapat dia lihat, seorang gadis tengah duduk di tengah ranjang membelakanginya. Hazel tampak terdiam menghadap jendela, entah apa yang di pandanginya.

Melihat tubuh ringkih itu sementara selang infus terpasang di tangan kirinya, membuat hati Shaga berdenyut tidak nyaman. Shaga tau, rasa ini adalah rasa penyesalan karena telah mengabaikan Hazel selama dia berduka atas Natasya. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga butuh waktu untuk menenangkan diri.

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang