Assalamu'alaikum...
***
Shaga berusaha mengatur amarahnya, semakin erat pelukan Hazl semakin hilang juga tenaga Shaga untuk menghajar pria tua di depannya. Shaga mengetatkan rahang, menatap penuh peringatan pada Anthon sebelum benar-benar melepas tangannya pada leher pria itu. "Pergi lo dari sini!"
Shaga mundur dan langsung merangkul Hazel, sementara tubuh Anthon seketika roboh sambil terbatuk-batuk hebat. Shaga genggam tangan Hazel, hendak menariknya masuk namun gadis itu bergeming. "Elysia, kita msuk," kata Shaga.
Hazel menatap Anthon sekali lagi, sedikit khawatir pada ayahnya itu karena kondisinya terlihat buruk. Tapi, melihat Shaga yang marah, Hazel akhirnya mengangguk. Baru saja selangkah dia ambil, kaki Hazel berhenti karena di peluk oleh Anthon. Menunduk, Hazel dapati Anthon tengah bersujud padanya. "Tolong papa, Nak. tolongin Papa," ucapnya memelas.
Tahu bahwa waktunya tidak banyak karena Shaga bisa saja membunuhnya, Anthon segera mencium ujung sepatu Hazel. "Tolongin papa, Nak," ucap Anthon berhasil memancing amarah Shaga lagi, sedikit lagi kaki cowok itu bisa menginjak kepala Anthon namun tertahan karena Hazel segera membantu Anthon bangkit.
"Elysia!" protes Shaga tak terima.
"Bantuin apa?" tanya Hazel tenang, menatap datar pada Anthon dan itu malah membuat Shaga sakit. Bagaimana bisa Hazel bersikap biasa saja setelah di lukai begitu banyak oleh ayah nya?
"Nak, P-papa sama sekali nggak terlibat atas kematian Natasya. Papa nggak mau datang ke polisi sekalipun jadi saksi," pinta Anthon. Dia sudah dua kali menolak perintah dari pihak Polisi agar datang, besok adalah panggilan ke tiga, dan jika Anthon tidak datang, maka Anthon akan di seret paksa.
Alasan Anthon tidak ingin datang adalah selain karena dia tidak terlibat, dia juga tidak ingin namanya tercoreng. Pernah di panggil saksi atas kematian seseorang? Cih, Anthon tidak sudi dan malu.
Itulah mengapa Anthon ke sini, dia butuh tempat bersembunyi. Selain itu, dia juga ingin memperbaiki hubungannya dengan Hazel karena hanya Hazel anak satu-satunya yang bisa dia andalkan sekarang. "Biarkan papa tinggal di sini ya? Sebagai gantinya, Papa bersedia donorkan darah buat kamu kalau kam—"
Bugh
Bugh
Bugh
Tidak Shaga biarkan kalimat yang hendak keluar dari mulut kotor Anthon lolos begitu saja. Bajingan, benar-benar bajingan, bagaimana bisa seorang Ayah mengajukan syarat untuk menolong anaknya sendiri yang sedang sakit?
Walaupun mendengar jeritan dari Hazel dan beberapa kali merasakan Hazel memeluk lengannya, Shaga tidak berhenti menendang dan memukul seluruh bagian tubuh Anthon. Dengan kekuatan penuh yang di bubuhi oleh amarah serta kebencian, Shaga berikan pukulan demi pukulan pada pria di depannya tanpa ampun.
"Hati lo di mana bajingan?!" hardik Shaga setelah memberikan pukulan oleh sikut di dada Anthon. "Hazel anak lo! Darah daging lo! Gak cukup lo selama ini sakitin dan manfaatin dia, bahkan di saat dia sakitpun, lo tetap manfaatin dia! di mana ilangnya hati nurani lo bangsat?!!"
"Shaga, udah, Ga."
"Lihat! Dia bahkan masih belain lo Anthon! Anak yang lo buang dan abaikan! Masih nangis mohon-mohon lihat lo berdarah-darah gini. Tapi lo, lo bahkan gak peduli sama dia sedikitpun!" Shaga tatap Anthon dengan mata menyala-nyala karena amarah, walaupun dada cowok itu naik turun dan napasnya tak beraturan, tapi Shaga masih kuat untuk menghardik dan memberikan pukulan lagi pada pria yang kini terkapar lemas di kaki nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAGA (SELESAI)
Teen FictionJUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, enam bulan lalu. Kemudian, karma datang menghampirinya. Dua bulan menghabiskan waktu dengan Hazel, Shaga jadi menyesal karena selalu mengangga...