SHAGA || THIRTY

98.7K 12.1K 6.9K
                                    

Halo!

Ini bab terpanjang selama Hazel udpate, totalnya 2768 kata. Semoga kalian nggak sakit mata bacanya 😚

6K komentar untuk update bab 30 ya, semangat! 🖤

Happy reading...
Vote, komen, share🦋
***

Selepas kepergian Natasya dan keluarganya, Shaga putuskan untuk diam terlebih dahulu di dalam restauran. Rasanya kaki Shaga lemas bahkan hanya untuk menyeretnya menuju meja saja rasanya sulit. Kepala Shaga pening, berdenyut sakit. Semua kalimat yang dia dengar dari Hazel tadi, seolah terngiang dan berputar-putar di dalam kepala membuat Shaga benar-benar pusing.

Di meja yang Lilian pesan, akhirnya Shaga luruhkan tubuhnya untuk duduk di kursi yang untungnya memiliki sandaran bantal. Dia senderkan punggung sambil mendongakan kepala sementara matanya dia tutup dengan lengan.

"Shaga, minum," suara lembut dan tenang milik Hazel terdengar membuat Shaga menurunkan lengan, membuka mata, Shaga dapati Hazel yang berdiri di sampingnya sambil mengulurkan segelas air bening.

Shaga terima itu, dia habiskan dalam sekali tenggak. "Are you okay?" tanya Hazel.

"Pusing dikit," jawabnya. Shaga bawa tangan halus Hazel untuk dia genggam sementara kepalanya terdongak untuk menatap wajah Hazel yang.... cemas? Khawatir? Entahlah, Shaga tidak bisa mendefinisikan ekspresi Hazel. Atau mungkin dia yang salah lihat? Karena kalau di pikir-pikir, Hazel sangat jarang menampilkan ekspresi apalagi sebuah kecemasan.

"Kita pulang," putus Hazel namun Shaga jelas menolak. Mana bisa dia pulang dalam kondisi pikiran rumit karena banyaknya pertanyaan.

"Duduk, Hazel. Kamu berutang banyak penjelasan ke aku," peringat Shaga tanpa ingin di bantah.

Syukurlah Hazel menurut dengan mudah, tidak mendebat dan langsung duduk di samping Shaga setelah menarik kursi mendekat. "Kamu tanya, aku jawab." ujar Hazel memberi usul untuk mempermudahnya. "Aku bakal jawab apapun kalau memang aku tahu jawaban nya. Dan kamu jangan maksa aku jawab pertanyaan dari kamu kalau aku nggak jawab."

Shaga agak mendelik mendengar peraturannya. Namun tak urung mengangguk. Dia diam sebentar menatap wajah Hazel, tengah menyusun kalimat yang sekiranya tidak akan menyinggung Hazel saat dia bertanya nanti. Bagaimanapun, bercerita tentang masa lalu itu tidak akan selalu mudah apalagi jika itu sebuah kepahitan.

"Aku sebenarnya udah dengar dari Mama," kata Shaga memulai. "Soal pertikaian Mama kamu dan tante Lilian juga om Anthon."

Hazel mengangguk. "Okay, jadi kamu udah tahu garis besarnya?"

Shaga mengangguk. Dia punya dua cerita di kepalanya, satu dari Ranti dan ke dua dari Natasya. Jelas kedua cerita itu berbeda, seolah mereka saling menyalahkan dan menyudutkan satu sama lain. Tapi karena di sini ada Hazel, tidak ada salahnya jika Shaga juga mendengar cerita versi gadis itu.

"Aku nggak terlalu ingat ceritanya gimana, yang Mama kasih tahu itu, mendiang mama kamu menikah sama om Anthon tanpa restu kekuarga. Mama kamu terus di bawa ke sini, dan semuanya terbongkar. Tentang...."

"Tentang Bapak Anthon yang ternyata penipu?" tebak Hazel terdengar ringan. Shaga mengangguk, Hazel menarik napas lalu diembuskan pelan. "Aku bakal cerita soal masa lalu mamaku. Nggak di kurang atau di lebihkan. Aku cerita jujur, terserah kamu mau percaya atau nggak aku nggak peduli. Tugas kamu dengarin sampai selesai, jangan dulu nyela atau nanya. Ngerti?"

Shaga mengangguk. "But, are you okay with that? I mean, telling me about the past will definitely hurt you."

"Yeah, it fucking hurt me. But now, i'm totally fine. Waktu mengubah segalanya, Shaga," kekeh Hazel. "Bercerita soal masa lalu Mamaku memang nggak mudah, tapi nggak lagi bikin hati aku sakit."

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang