SHAGA || THIRTY ONE

93.2K 11.8K 4.9K
                                    

Halo!

Nungguin, nggak?

6K komen buat next Chapter! 🥰

Jangan buru-buru supaya target penuh ya, biar semua mau kerja sama biar targetnya nggak terlalu berat. Dari 2000 orang yang aktif kasih vote, kayaknya bakal enteng kalau misal perorang nya mau sumbang minimal 3 komentar ❤️

Happy Reading...

Vote, komen, share 🦋

***

Shaga menatap wajah Hazel setelah mengutarakan pertanyaan nya. Pertanyaan mengenai apakah semua bagian penting dari tubuh mama nya di donor. Namun, hampir satu menit berlalu, tidak ada jawaban yang keluar dari bibir mungil kemarahan itu.

Hazel hanya diam, dengan wajah seputih pualam yang terlihat menegang. Untuk pertama kali, Shaga menemukan ekspresi itu setelah sebelumnya hanya tampang datar yang selalu Hazel perlihatkan.

Kedua pasang mata gadis itu beberapa kali bergerak acak, seolah sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya bingung. Dan Shaga kemudian sadar, mungkin pertanyaan yang dia ajukan membuat Hazel tidak nyaman.

"Umm Shag—"

"Nggak usah di jawab kalau memang pertanyaanku bikin kamu nggak nyaman. As i said, bicara soal masa lalu nggak selalu mudah. Sorry, nggak seharusnya aku nanyain hal sepribadi itu," ungkap Shaga. Dia coba tersenyum untuk melunturkan wajah bersalah di lawan bicaranya. "It's okay, nggak usah ngerasa bersalah karena belum bisa jawab."

Shaga dengar helaan napas panjang dari Hazel. Mungkin karena lega. "Kamu ngantuk?" tanya Shaga. "Tidur aja nanti aku bangunin." Di lampu merah, Shaga berhenti, dia menoleh ke kiri dan mendapati Hazel sudah benar-benar tidur, cowok itu mendengkus kecil lalu berusaha menurunkan sandaran jok sepelan mungkin agar gadis itu tidak terbangun dan bisa tidur lebih nyaman.

Shaga tahu, lampu merah yang saat ini sedang menyala adalah lampu merah terlama. Jadi dia putuskan untuk menatap wajah Hazel daripada melamun. Namun tetap saja, melihat wajah gadis itu membawa Shaga pada lamunan.

Hazel yang selalu dia sebut jahat dan kejam pada Natasya, nyata nya gadis itu memiliki alasan yang kuat. Siapa memang yang tidak akan membenci sosok Natasya dan keluarga tidak tahu diri itu? Mungkin jika Shaga ada di posisi Hazel, diapun akan melakukan yang sama. Bahkan mungkin lebih membenci keluarga itu dan ingin menghancurkan nya alih-alih membantunya seperti Hazel.

Tapi lihat, Hazel adalah gadis yang baik. Setelah di berikan perilaku jahat oleh Anthon dan juga Lilian, gadis itu tetap saja mau membantu walau Hazel tidak mau mengakuinya.

Hazel bilang dia memberikan uang karena muak selalu di telepon oleh Anthon atau Lilian, tapi Shaga yakin betul, bahwa jauh di dalam lubuk hati gadis itu, Hazel masih peduli terhadap Anthon dan Natasya. Bagaimanapun dua orang itu pernah menjadi sosok yang berharga untuknya walau berakhir di hianati.

Sial! Membayangkan Hazel kecil menangis dan mengemis agar Anthon dan Natasya tidak pergi membuat hati Shaga perih bercampur rasa marah. Bagaimana bisa,  Anthon sekeji ini pada anaknya? Bagaimana bisa Anthon membiarkan Hazel mengemis padahal seharusnya pria itu memang wajib memberikan kasih sayang pada anaknya?

Shaga cengkeram erat kemudianya demi menyalurkan rasa sakit itu. Sakit melihat bayangan Hazel yang tadi menangis tanpa gadis itu sadari. Percayalah, tangis yang keluar tanpa sadar adalah tangis yang benar-benar tulus, atau tangis yang benar-benar membuatnya terluka. Dan itu artinya gadis itu masih terluka walau berkata baik-baik saja.

Hazel yang tampak kuat dan kasar, nyatanya hanyalah gadis kecil yang rapuh, kurang perhatian dan kasih sayang.

Semula, Shaga tidak suka pada Hazel karena sikap dingin dan perilaku kasarnya. Siapa yang menyangka, bahwa ternyata Hazel yang seperti ini pernah mengemis kasih sayang tapi terabaikan.

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang