SHAGA || EIGHTEEN

86.8K 11.4K 4K
                                    

Pren, maaf soal bacotan tadi ya. Kepalang kesel soalnya 🙏

Dan makasih karena mau cek ulang dan kasih vote bab 1,2,3,4 dan 5 ❤

1.5K votes dan 2K komen buat update bab 19. Semangat!

Happy reading...

***

Sesuai rencana Shaga, yang mengajak Hazel ke lapangan futsal setelah pulang sekolah. Maka saat ini, mereka berdua tengah dalam perjalanan. Lapangan futsal yang Shaga tuju cukup jauh jaraknya, sampai mereka harus menghabiskan waktu setengah jam duduk di atas motor.

"Pegel?" tanya Shaga saat Hzel turun dan kaki nya sempat terlihat lemas. "Kaki kamu mleyot barusan."

"Pegel dikit," jawab Hazel jujur. Dia belum terbiasa naik motor besar dan tinggi, sekarang punggung nya terasa nyeri dan kaki nya pegal.

"Makanya aku bilang peluk juga, ngeyel, sih," decak Shaga kesal. tadi, Shaga rasanya seperti membonceng papan berdiri. Hazel duduk tegak dengan tangan terlipat di dada sementara posisi Shaga sendiri setengah membungkuk karena stank motor yang cukup jauh jaraknya. Jadilah mereka terlihat LDR padahal duduk di satu motor. Sebal nya lagi, Shaga sempat beberapa kali melewati bangunan berjendela kaca memantul. Yang di mana dia bisa melihat posisi mereka terlihat sangat aneh.

"Gak mau peluk, jaket kamu bau," cetus Hazel.

"Mana ada bau!" decak Shaga. "Kamu ini kenapa, sih, nyinyir banget sama cowok sendiri?" Shaga kesal, dia buka jaket nya lalu menjejalkan jaket itu ke muka Hazel dengan gemas tertahan. Dia acak rambut Hazel sampai benar-benar berantakan membuat dia mendapatkan satu pukulan keras di lengan atasnya. "Ngeselin, sih."

Hazel endus jaket itu. "Memang bau, kok. Aroma-aroma cowok tukang bohong," ujarnya dengan nada datar.

"Nyinyir terooosss nyinyir! Heran, punya cewek bibir nya pedes amet. Makanya, kalau ngemil itu yang di jilat ice cream, bukan hot in cream." Shaga menggerutu sambil berjalan duluan. Tidak langsung ke lapangan futsal, melainkan mampir dulu ke minimart di sebelah nya.

Hazel mengikuti di belakang dengan senyum geli tertahan. Rasanya sangat menyenangkan bisa menjahili Shaga seperti ini. Sebenarnya Shaga itu tidak bau, sangat wangi malah. Hanya saja Hazel sebal dengan tingkat kepercayaan cowok itu, sesekali Shaga harus di buat 'Syok' karena ejekan agar percaya dirinya turun jadi normal.

"Itu tulisan di pintu nya silakan dorong, bukan di tarik keluar, Shaga," peringat Hazel.

Shaga yang sudah terlanjur menarik pintu keluar, dengan sabar melepas nya dan kembali mundur. Dia ulangi proses membuka pintu, kali ini menuruti anjuran dari tulisan tersebut. Shaga menoleh pada Hazel dengan senyum tertekan. "Puas, Tuan Puteri?" sindir cowok itu saat Hazel masuk melewatinya. Shaga lepas pintu itu, lalu di belakang Hazel dia memberikan gesture seolah ingin menonjok, namun segera menggaruk kepalanya sendiri ketika Hazel mendadak balik badan.

"Kamu, mau nonjok aku?" selidik Hazel.

Shaga mengaga tak percaya. Woy, kok tahu, sih?!

"Mana ada! Aku mau rangkul kamu," kata Shaga sambil benar-benar merangkul leher gadis nya dari belakang. Shaga berjalan, membuat Hazel mau tak mau ikut berjalan walau kesusahan karena sesekali kaki mereka saling bersinggungan.

Hazel pegang tangan Shaga yang melilit lehernya tanpa ada niatan untuk melepaskan, mereka berjalan menyusuri lorong demi lorong tanpa memilih apapun. "Ck, kamu mau beli apa, sih, sebenarnya."

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang