SHAGA || THIRTY THREE

86.6K 11.3K 4.7K
                                    

Halo!

Makasih bestie buat 6.29K komen nya 🥰

Tandai typo ya pren 😚

Aku nggak tahu kapan lagi bakal UP karena bab ini nggak akan aku target vote atau komen ya 🥰

Happy Reading...

***

"Hehehehe...."

Alef menoleh begitu telinganya mendengar suara cengengesan dari bangku sebelah, merinding bulu kuduk cowok itu ketika mendapati Shaga tengah menyengir sampai giginya terlihat kering dengan pipi merona merah. Sementara tangannya meraba-raba bibir entah kenapa.

Alef tahu, Shaga itu manusia aneh. Tapi dia tidak pernah menyangka Shaga akan seaneh ini sejak pagi. Bagaimana tidak? Shaga seperti manusia tolol yang sejak pagi tidak berhentinya mesem-mesem, yang membuat Alef heran, cowok itu masih bisa senyum-senyum padahal di pipinya ada luka seperti bekas di cakar.

"Ga, lo kenapa lagi anying?" tegur Alef. Jujur saja, dia rasanya ingin pindah bangku karena terlalu sering mendapati perilaku aneh Shaga sejak seminggu ini. "Lo ada masalah hidup apa, Ga? Cerita sama gue, jangan jadi gila."

"Ga."

"Ga."

"Shaga."

"Weh Hazel tuh Hazel!" Berhasil, Alef berhasil menipu Shaga karena cowok yang sejak tadi cengengesan itu langsung terburu-buru berdiri. "Jadi lo beneran gila karena Hazel, hah?!" ejeknya.

Shaga mendelik. "Lo bisa diem gak sih manusia jelek?! Ganggu orang aja!"

"Lo tuh bisa nggak sehari aja nggak usah prik! Gue ngeri lihat lo cengar-cengir raba bibir, blushing nggak jelas! Lo sebenarnya kenapa bangsat!"

Shaga diam saja tidak menjawab. Iya gitu dia berperilaku seperti itu? Ah, rasanya tidak.

"Perasaan lo aja kali!" bantah Shaga.

Mungkin, kalau senyum-senyum, Shaga bisa akui, tapi kalau sampai blushing, rasanya Alef terlalu berlebihan. Lagipula di mana letak keanehannya? Orang senyum-senyum di bilang aneh, dasar si jelek! Lagian, Shaga bukan orang gila yang akan cengengesan nggak jelas. Dia tuh lagi membayangkan kejadian kemarin, di mana dia dan Hazel....

Blusshhh.

Pipi Shaga terasa hangat kala bayangan itu hadir lagi, seolah tidak cukup dengan bayangan saja, Shaga bahkan seolah bisa merasakan harum Hazel serta rasa manis dari bibir gadisnya itu. Lembut, dingin, keny—

"Fuck!" Shaga mengumpat, merasa kesal sendiri karena membayangkan ciuman kemarin. Bukan nya tidak suka, tapi Shaga jadi ingin lagi. Tidak apa-apa jika harus mendapat cakaran lagi dari Hazel, Shaga iklas. Serius.

"Ini Pak Haidar ke mana, sih?! Kok nggak datang-datang?" Shaga baru sadar bahwa jam menunjukan pukul setengah sembilan sedangkan guru yang seharusnya mengajar belum kelihatan batang hidungnya.

"Tuh 'kan, tuh 'kan, lo nggak fokus Ga! Daritadi Pak Haidar ijin pulang, bini nya berkembang biak," jawab Alef, cowok itu ternyata sedang sibuk menyalin tugas, mungkin tugas dari Pak Haidar.

"Kosong, dong, sampai jam sembilan? Kantin yok!" Shaga bangkit berdiri, dia menarik kerah kemeja Alef dengan enteng tak peduli temannya tercekik.

"Bas! Kantin!" teriak Shaga mengagetkan seisi kelas. "Kalau ada guru nanyain gue, bilang gue nggak enak badan, lagi istirahat di UKS ya, Kar!"

Karina mengacungkan jempol, sedangkan Shaga, Alef dan Bastian keluar dari kelas.

"Lo mau kemana Ga!" Alef menegur kala Shaga belok ke kiri sedangkan arah kantin harusnya belok ke kanan.

SHAGA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang