08 ~ Worried

1.1K 49 0
                                    

Fikiran bahwa dirinya telah dengan sukarela mau menuruti rengekan Bella untuk berkunjung ke tempat tinggalnya jelas mengganggu Elard

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fikiran bahwa dirinya telah dengan sukarela mau menuruti rengekan Bella untuk berkunjung ke tempat tinggalnya jelas mengganggu Elard. Ia seharusnya tidak mudah terpengaruh seperti ini hanya karena bagaimana wajah Bella terlihat memohon dengan sangat menggemaskan padanya. Oleh sebab itu, Elard membuat Kesimpulan atas dirinya sendiri bahwa ia menuruti kemauan Bella hanya karena rasa bersalahnya. Ya, mungkin hanya karena itu. Tidak lebih.

Lagi-lagi, perasaan mengganjal ini membuat Elard tidak tenang. Ketika dirinya telah mendeklarasikan bahwa cinta tidak akan lagi ada dalam kamus hidupnya. Sejak saat itu pula ia menutup mata dari hal itu. Mendadak jadi buta untuk suatu hal yang seharusnya tidak bisa ia sangkal. Terlebih, ia telah hidup dalam lingkungan penuh cinta setelah kejadian itu.

Tapi persetan dengan cinta! Ia tidak akan mati hanya karena tidak merasakannya bukan?

"Apa kau benar-benar tidak ingin mampir?" Bella bertanya sekali lagi padanya setelah posisinya berada di luar mobil. Dan Elard menjawab dengan gelengan tegas. Ia hanya mencoba meminimalisir kedekatan dengan orang baru. Menurutnya, acara basa-basi seperti perkenalan itu terlalu memuakkan dan tentunya membuang waktu. Sedang ia sungguh malas untuk menambah relasi yang mungkin tidak terlalu penting.

"Payah... padahal jika kau mau, kau bisa merasakan cemilan kering khas buatan Bibi ku. Dia sangat pandai membuatnya, aku bahkan selalu ketagihan jika sudah memakannya. Oh tuhan... sudah lama rasanya aku belum merasakan cemilan kering itu."

"Aku tidak tertarik."

"Oh ayolah... jika tidak, kau bisa mencicipi teh tawar buatan Bibiku. Dia yang paling ahli dalam meraciknya. Sungguh, rasanya akan membuatmu kecanduan."

Berbagai macam ekspresi serta rayuan coba Bella keluarkan demi membuat Elard tertarik pada ajakannya. Tapi respon yang Bella dapat hanya muka datar dan tatapan jengah dari Elard.

Dan Elard mendesah dengan kasar saat Bella tidak berhenti mengoceh dan malah sibuk menawarinya makanan. Ia jelas tidak tergiur sama sekali. Meski Bella sudah berulang kali membujuknya.

"Kau tidak ingin segera masuk?"

"Aish... tidak bisakah kau lihat bahwa aku sedang berusaha mengulur waktu agar tidak segara pergi ke rumah itu? Ha! Dasar tidak peka sama sekali!"

Rupanya, kegusaran Bella tidak Elard tangkap dengan baik. Dan saat Bella mengatakan itu, Elard kemudian dapat dengan mudah menemukan kegelisahan tak mendasar pada wajahnya. Seolah ia enggan tapi tetap di haruskan untuk berkunjung.

"Jika tidak ingin pergi, kenapa harus memaksakannya?"

"Karena aku harus." Bella menjawab dengan getar nada pada suaranya.

Dan tatapan sendu itu sungguh mengusik Elard.
Namun Elard memilih untuk tidak menyahuti lagi sampai akhirnya Bella mulai beranjak dari luar pintu mobilnya. Meninggalkan ia sendiri pada keheningan yang terasa mengganjal hatinya. Elard merasa tak tenang pada suatu fakta bahwa ia membiarkan Bella berlalu dengan keterpaksaan seperti itu. Ia ingin mencegahnya, tapi Elard tidak memiliki hak untuk itu.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang