"I Richolas Elard Zheroun, take thee Bernadette Patricia Mabella, to my wedded wife. To have and to hold from this day foward, for better, for worse, for richer, for poorer in sickness and in health, to love and to cherish till date us do part."
"I Bernadette Patricia Mabella, take thee Richolas Elard Zheroun, to my wedded husband. To have and to hold from this day foward, for better, for worse, for richer, for poorer in sickness and in health, to love and to cherish till date us do part."
Ada jeda dengan sebuah latar syahdu ketika Elard melepaskan genggaman tangan mereka sejenak. Sebab sekarang, waktu serta jarak seolah turut bersorak dengan suka cita yang sama di belakang mereka. Menghadiri sebuah dengungan dengan landasan kebahagian ketika tangan tegas Elard mulai menyematkan cincin di sela jari-jari manisnya.
"With this ring, i thee wed with my body, i thee honour and all my wordly goods with thee i share."
"And now... you can kiss your bride."
Riuh dari gema tepuk tangan para tamu undangan menjadi pengantar dari terjalinnya labuhan bibir pertama mereka sebagai suami istri. Desak dengan buncah kebahagiaan seolah berkumpul dalam rongga dada Bella. Ia kadang masih tidak percaya bisa berada dalam tahapan ini. Terlalu mengejutkan sebenarnya saat semua ini bisa terlaksana setelah banyaknya rumit yang menerjang hubungan mereka.
Lagipula, 2 tahun untuk bisa sampai pada tahap ini bukanlah langkah yang mudah. Mulai dari pemulihan kesehatan Elard yang cukup memakan waktu lama, serta pengumpulan keberanian dari Bella sendiri untuk bisa menemui psikiater. Sebab kecemasan yang masih kerap kali melandanya rupanya membutuhkan pertolongan serius. Dan Bella sungguh tidak keberatan untuk berada dalam situasi tersebut jika hasil akhirnya adalah sebuah kebersamaan.
"Hy wife and---" Menjeda kalimatnya dengan satu usapan lembut di perut sang istri, Elard juga sekaligus ingin menyapa satu lagi sosok lain yang kini kehadirannya bagai kado terindah bagi Elard. "You too dear..."
Satu lengkungan dengan senyum yang hampir mekar sempurna Bella labuhkan atas sapaan dengan derai nada ketulusan tersebut.
"Hy Husband... and hy Papa."
Begitu kata mereka ketika satu ciuman panjang itu usai. Sedang ramai di belakang seolah hanya berperan sebagai latar dari suasana haru yang tengah mengepung mereka.
Bella masih tidak menyangka jika Tuhan kembali berbaik hati dengan kabar kehamilan barunya ini. Padahal dengan hanya begini, Bella sudah merasa cukup. Ia tidak lagi menyematkan keinginan lain setelah kebersamaan akhirnya tercapai diantara mereka berdua. Namun siapa yang bisa memprediksi takdir?
Jadi, ketika Bella palingkan wajahnya pada para hadirin yang datang di pernikahannya kini, hanya ada senyum yang tak kunjung luntur dari masing-masing bibir tipisnya.
"Mama... mama..." Suara itu terdengar begitu nyaring di tengah suka cita yang mengukung. Putri-putrinya itu terlihat berlari dengan susah payah, meski gaun yang mereka pakai kerap kali mengganggu laju langkah kaki mereka. Lalu kemudian, aksi dorong mendorong itu terjadi ketika keduanya hampir sampai pada altar tempat sang Papa dan Mamanya melaksanakan pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...