Ada banyak ketakutan yang tidak bisa Elard jabarkan dengan baik. Bahkan ia sendiri memiliki keraguan yang besar hanya untuk sekedar membagi hal tersebut. Jadi, ketika semua orang menganggap dirinya sebagai lelaki brengsek nan pengecut, Elard memilih untuk tidak menyanggah lebih lanjut. Membiarkan semua orang terlarut dalam spekulasi buruk padanya. Toh, sekeras apapun ia mencoba menjelaskan, dalam posisinya kini--- ia yang di anggap menjadi penyumbang luka paling banyak pada Bella. Padahal, di samping itu semua ada kesakitan lain yang menderanya ketika dengan kesadaran penuh dirinya menyakiti Bella. Tapi sayangnya, dalam urusan membagi perasaan, Elard tidak ahli dalam hal itu.
Dulu, ketika dirinya memberikan bantuan pada Veena dalam bentuk kompromi, ia telah meyakini dirinya sendiri bahwa tindakan yang di ambilnya telah benar. Namun sekali lagi, Elard seolah buta pada efek samping dari hal tersebut. Karena dengan begitu, ia secara tidak langsung menyakiti Bella. Dalam artian, ia telah kembali menjadi tokoh utama dari bertambahnya rasa sakit pada Bella.
Dan hari ini, ia kembali membuat Bella merasa di rendahakan. Ia mengutuk dirinya sendiri sebab tidak bisa menyegel mulutnya agar tidak mengeluarkan satupun kalimat yang memicu kembali pertengkaran mereka. Namun sialnya----- emosi itu, kegeraman itu, serta rasa membakar yang menderanya kala melihat tatapan lugu dari Bella----- membuat rasa panas seolah mengguyur seluruh tubuh Elard dengan cara yang tidak dapat ia mengerti. Elard merasa keberatan jika ada orang lain yang juga dapat menikmati tubuh menggoda Bella, meski itu Veena sekalipun.
Elard tau tidak ada satupun pembenaran atas perbuatannya pada Bella barusan. Tapi mencoba untuk bersikap lunak pada Bella juga bukan apa yang ia inginkan. Oleh sebab keraguan yang masih mencokol erat dalam diri Elard, ia putuskan untuk membuka kamar Bella meski dengan keengganan yang menggunung.
Matanya menjelajah dengan cepat guna menemukan sosok Bella yang kini meringkuk di sisi ranjang dengan bahu yang berguncang hebat. Elard tau Bella telah menyadari kedatangannya, terbukti dengan tubuh wanita itu yang sempat menegang sesaat sebelum kembali mencoba bersikap acuh. Di posisinya, Elard bergerak dengan hati-hati saat memutuskan untuk duduk di kasur kosong yang sepertinya telah sengaja Bella biarkan untuk dirinya nanti. Lihat... bahkan di tengah dera sesak yang mungkin kini tengah mengepung Bella, wanita itu tidak pernah sekalipun menurunkan tingkat kepeduliannya pada Elard.
"Saat itu... aku baru berumur tujuh tahun---" Sejenak, Elard kebingungan untuk meneruskan kalimat ini atau tidak. Tapi melihat bagaimana respon Bella yang bergerak dengan kaku ke arahnya, Elard tau tidak ada lagi kesempatan untuk mundur. Bella mungkin masih memunggunginya, tapi Elard tau rungu wanita itu mendengarkan setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya dengan seksama.
"Aku tau ini akan terdengar konyol---"
"Dan kenapa kau tidak berhenti saja jika tau percakapan ini akan terdengar payah daripada terus mengoceh tentang omong kosong?"
"Dan kenapa bukan kau saja yang diam dan biarkan aku menyelesaikan percakapan ini? Kau tau... aku sedang tidak ingin melukaimu Bella." Elard bersungguh-sungguh ketika mengatakan hal ini. Ia merasa perlu memberikan penjelasan pada Bella tentang segala hal yang menurutnya harus di bagi. Dan sepertinya Bella cukup mengerti untuk tidak menyela emosi Elard yang mungkin bisa berubah kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...