Kadang, kita hanya membutuhkan satu sentuhan untuk menggugurkan segala resah. Dan Bella berani bersumpah, ketika matanya terbuka dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah damai Elard, menjadi suatu kombinasi yang begitu memuaskannya. Seolah dengan begitu Bella sudah merasa cukup.
Tidak masalah jika dengan begini, Bella harus mengorbankan segala yang ia punya. Meski dirinya tau resiko apa yang sedang menantinya di depan sana. Namun kegilaan ini nyatanya tidak bisa Bella hentikan. Bersama Elard, Bella tidak memerlukan hal lain selain tetap bersama. Sungguh naif bukan, ketika apa yang ia ucapkan berbanding terbalik dengan apa yang hatinya inginkan. Sayangnya, hanya sampai batas itu Bella di perkenankan untuk berharap. Karena ketika ia mencoba serakah, selalu saja ada hal yang berhasil menyadarkannya--- bahwa Elard ada hanya untuk melengkapinya bukan menemaninya.
"Sudah puas memandangiku?" Elard bertanya dengan gumaman lirih. Mata kelamnya membakar Bella dengan cara yang tidak dapat di mengerti.
"Belum. Rasanya, aku tidak akan pernah menggunakan kata itu jika menyangkut dirimu." Bella menjawab dengan setenang mungkin. Meski ia tau di tatap dengan begitu intens oleh Elard telah berhasil menghantarkan gejolak panas di area pipinya. Hingga tanpa di minta, semua kejadian beberapa jam lalu kembali melintas dengan tidak tahu malu dalam kepalanya.
"Oh aku tidak tau bahwa kau menginginkan diriku sebesar itu. Tapi tidak apa, aku cukup tersanjung."
"Padahal seharusnya kau sudah sadar akan hal itu sejak pertama kali aku menawarkan diri."
"Tentu, hanya saja selama ini aku mencoba berpura-pura bersikap seperti ini agar kau tak lari."
"Lari?"
"Hm, lari ketika aku melakukan ini padamu."
Lalu lenguhan pelan Bella secara reflek menguar di udara kala tangan nakal Elard berlabuh pada sebelah payudaranya yang terekspos dan memilin ujungnya dengan dua ruas jarinya yang panjang. Bella ingin memekik gemetar, tapi ia tahan sekuat tenaga demi menjaga agar rintihan polosnya tidak mengundang Elard untuk berbuat lebih.
Dasar lelaki mesum!
"Hggg... jangan lagi El."
"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa Bella." Elard menjawab dengan seringai kecil di bibirnya. Sedang tangannya masih berlabuh pada bagian tubuh favoritnya. Bella-nya selalu renponsif terhadap sentuhannya.
Ada banyak yang masih perlu mereka selesaikan. Jadi, bermain-main dengan gairah tentu bukan suatu pilihan yang tepat. Oleh sebab itu, Bella menggeser tubuhnya lebih jauh dari Elard. Dan ia bisa mendengar Elard menggeram dengan marah saat mainannya sengaja Bella jauhkan dari jangkauan.
"Not for this morning El!" Bella berujar memperingati sebelum kembali membenarkan letak selimutnya dan tidur menyamping ke arah Elard.
Sejenak, Bella membiarkan hening yang mengambil alih. Memutuskan untuk berlama-lama dengan hanya selingan deru nafas mereka yang saling beradu. Kesepakatan seperti ini nyatanya tak perlu banyak negoisasi. Mereka dengan lapang membiarkan alunan yang tercipta di antara mereka hanya sebuah keterdiaman. Karena kadang, kalimat panjang sekalipun tak mampu menjabarkan apa yang ingin mereka utarakan. Namun lewat tatapan, setidaknya mereka sadar bahwa kesempatan untuk saling memahami telah dibiarkan terbentang luas di tengah mereka--- hanya agar kesimpulan bisa mereka dapatkan setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...