Elard tidak tau mengapa tatapan sendu Bella berhasil mempengaruhinya. Ia merasa kesal. Marah. Dan ingin meneriaki Bella dengan serentetan kalimat umpatan kasar demi menyumpali egonya serta kegilaan atas gejolak dirinya yang Elard sendiri tidak mengerti. Hanya saja, Elard tidak suka dengan tatapan menuduh Bella yang seolah menghakiminya. Seolah-olah Bella menjadi pihak yang paling tersakiti atas sebab yang tidak di ketahuinya. Padahal, Bella sendiri yang melemparkan dirinya terhadap Elard. Dan Elard hanya menerima dengan sodoran suguhan yang diberikan kepadanya.
Maka, demi meluapkan kefrustasian yang tidak bisa Elard jabarkan, ia tidak ingin menjeda lama untuk kembali menyerang Bella dalam sebuah pusara kenikmatan. Elard bahkan tidak memberikan Bella izin hanya untuk sekedar memebereskan piring kotor bekas makannya.
"We--- we need room El!"
Oh... bagaimana bisa suara tersendat Bella terdengar bagai alunan musik yang membakar Elard hingga tak terkendali. Ia bahkan nyaris meledak hanya dengan bermain-main di tengah dada Bella yang sedikit terekspos akibat ulah tangan tidak sabarnya.
Namun, semua itu terpaksa putus saat suara gaduh dari luar berhasil menerobos masuk gendang telinganya. Mengganggunya, hingga mengharuskan Elard untuk berhenti dari aktivitasnya--- yang bahkan masih sampai pada tahap awal.
"Sialan!" Umpatnya kesal sebelum kembali melirik Bella yang salah tingkah dengan bibir merekah bengkak serta pipi yang memerah malu.
"Aku seharusnya mendapatkan imbalanku sekarang Bella---"
"Lalu kenapa tidak kau teruskan?" Bella bertanya dengan angkuh. Mencoba menyentil ego Elard agar sedikit terbuka dengannya.
"Hanya agar orang lain melihat sedikit tubuh telanjangmu?"
"Jangan terlalu melebih-lebihkan El!"
"Melebihkan katamu Bella?! Kau pasti sudah gila jika berfikir aku akan dengan sukarela membagi hal privasi tentangmu terhadap orang lain!" Sentak Elard tidak terima.
Sedang Bella terkesiap dengan kaget akan nada keposesifan Elard terhadap dirinya yang terdengar begitu kental. Dan parahnya, rasa kepercayaan dirinya serasa kembali di lambungkan tinggi.
"Baik, baik. Jangan marah seperti itu. Kau tidak tau bahwa wajahmu berubah menyeramkam?"
"Persetan Bella!"
Bella hampir saja tersedak ludahnya sendiri saat Elard menarik tangannya dengan kuat hingga tubuhnya terseret dengan tertatih. Segala raungan marah yang ingin Bella lepas sudah berkumpul dalam tenggorokannya hingga rasanya mustahil untuk ia telan kembali.
"Pelan El!" Gertak Bella kesal. Kaki telanjangnya yang tidak terbalut dengan sandal rumahan terasa dingin karena bersentuhan langsung dengan lantai marmer mansion Elard.
"El! Pelan! Aku belum bisa berjalan secepat itu. Seharusnya kau paham bahwa sela-----"
"Kau cerewet!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...