36 ~ Leave me hurt a way

934 36 0
                                    

Sebelumnya maaf kalo narasi di part ini panjang dan percakapannya hanya aku munculkan sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya maaf kalo narasi di part ini panjang dan percakapannya hanya aku munculkan sedikit. Karena di part ini, aku bakal lebih nekanin dan fokus sama sisi emosional yang lagi di rasain Bella. Jadi, narasi ini mungkin bakal jadi penjabaran bagaimana perasaan yang sedang di rasakan Bella saat itu.

Btw, kita udah masuk konflik besar ni!

Hope you like it!
And Happy nice reading!

.

.

.

Pagi itu, ketika Bella terbangun dengan deru nafas yang memburu serta ketegangan di sekitar otot-otot tubuhnya. Bella tau perasaan tak nyaman yang membayanginya sejak semalam kini terasa begitu nyata. Ada suatu kecemasan yang merambatinya dengan cepat. Sedang dia sendiri tidak tau kenapa harus merasakan hal ini.

Melirik dengan lemah ke arah samping tempat tidur, Bella tidak mendapati Elard disana. Ia sendirian di kamar itu. Di tinggalkan telanjang setelah semalam penuh menghabiskan waktu dengan bercinta. Rasa miris serta sentakan perih itu perlahan mendatanginya, Bella seolah di lemparkan segenggam realita bahwa hubungan mereka tak pernah benar-benar spesial selain hanya di atas ranjang.

Senyum pedih itu terlukis tanpa bisa Bella cegah, dengan cepat ia membalut tubuhnya menggunakan selimut dan beranjak dari kasur dengan pelan. Tapi rasa sakit serta kram yang ia rasakan di area perutnya menyebabkan Bella harus berhenti sejenak. Bagian perut bawahnya terasa di remas hingga ringisan lirih dari bibirnya meluncur. Kemudian ketika rasa sakit itu mulai mereda, Bella kembali untuk meneruskan langkahnya yang sempat tertahan. Akhir-akhir ini, Bella sering merasa kelelahan. Padahal kegiatannya hanya berputar pada hal monoton yang tak memerlukan banyak tenaga, kecuali jika bersama Elard di atas ranjang. Mau tak mau, pemikiran itu menyebarkan rona merah di pipinya yang pucat.

Bella sempat terhenti di depan cermin demi melihat penampilan dirinya. Dan ia hampir meringis ngeri ketika mendapati kenyataan bahwa postur tubuhnya benar-benar terlihat berkembang sekarang. Oleh sebab itu, demi mencegah rasa tak puas akan dirinya terbit ke permukaan, Bella memutuskan untuk beranjak ke arah kamar mandi dan melakukan ritual paginya dengan pelan. Sengaja ingin berlama-lama disana.

Perasaan gelisah menyertai Bella dengan gamang. Ia kebingungan, tapi juga tak menemukan alasan yang tepat kenapa dadanya berdebar kencang pada arah yang menakutkan.

Jadi, ketika ponselnya berdering dengan cukup nyaring--- menyentak Bella dari lamunan panjangnya, ia dengan sigap menyambar ponselnya. Berharap bahwa Elard lah yang menelpon dirinya sebab tak sempat berpamitan pagi tadi padanya. Namun, ketika suara isak tangis dari Bibi Mery yang menyambutnya. Jantung Bella berkejaran dengan cara yang membuat ia kesulitan bernafas. Dadanya mencelos seketika oleh perasaan takut yang mulai mengukungnya.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang