Dalam hidup, Bella meyakini bahwa setiap manusia memiliki sebuah opsi pilihan. Hal yang katanya akan selalu berhasil menjadi jalan keluar jika seseorang sedang di landa suatu masalah, dan terkepung dalam kebingungan. Hingga ketika itu terjadi, yang perlu di lakukan adalah memilih pilihan yang tersedia, untuk kemudian merasa puas atau kecewa atas keputusan yang telah di ambilnya. Namun sejauh ini, Bella tidak pernah di berikan semua pilihan itu. Ia nyaris merasa kosong. Seperti terdampar dan teronggok tak berdaya. Selain menyadari bahwa ia pengecualian dalam segala hal. Bahkan kali ini, untuk berharap bahwa ia masih bisa memiliki kesempatan lain, Bella tak berani.
Kemampuan seperti itu hampir hilang sepenuhnya. Sebelum kemudian ia menyadari, bahwa kali ini Tuhan sedang berbaik hati untuk turut mengikutsertakan Bella dalam sebuah opsi pilihan yang sedang dibuatnya.
Bagian ini terasa baru baginya. Ia tidak pernah menyangka bahwa ikut andil dalam suatu pilihan ternyata bisa semembingungkan ini. Bella dilanda keraguan serta harus bersusah payah menyusun praduga yang akan terjadi jika nantinya dirinya telah memutuskan. Ia merasa tidak sanggup sekaligus penasaran jika pilihannya sudah di labuhkan. Padahal, ia bisa dengan mudah kembali menjadi yang terkecuali hingga tidak perlu memikirkan pelik yang mungkin akan di hadapinya nanti.
Andai semudah itu--- mungkin Bella sudah berulang kali menemukan jalan keluar. Berjalan tanpa beban. Dan bernafas dengan tenang. Karena rupanya, pilihan itu selalu ada ketika Bella tidak memiliki kesiapan untuk memutuskan. Sedang di lain tempat, ia di desak agar menjadi lebih tegas. Hanya demi memastikan bahwa ia tidak terlarut dalam apa yang sebagian orang sebut dengan perasaan menyesakkan.
Mungkin, jika saja Bella memiliki pemikiran yang ringan, dari awal ia sudah akan memilih untuk meninggalkan Elard dan mencari pegangan hidup yang lain. Itu nyatanya seperti pilihan yang mudah. Namun, di posisinya Bella harus memutar otak dengan keras agar kelak yang tertinggal dari dirinya tidak hanya sebuah penyesalan. Karena bagaimanapun, bersama Elard Bella menemukan kata bahagia sekaligus--- luka.
Samar, Bella bisa merasakan usapan lembut di atas dahinya. Menghantarkan sejenak rasa tenang yang kemudian berhasil membuat kesadaran Bella mulai berkumpul ke permukaan. Kelopak matanya terasa berat untuk Bella gerakkan. Dan kepalanya berdenyut dengan kencang saat Bella masih berusaha menerima secercah cahaya yang mencoba menerobos masuk lewat celah netranya.
"Oh astaga! Kau sadar sayang." Pekikan nyaring itu berasal dari Isabella. Kemudian di susul dengan seruan heboh lain dari Teressa, yang kemunculannya terkesan tiba-tiba. "Syukurlah! Padahal tadi aku sudah akan membawamu ke rumah sakit jika tidak kunjung sadar juga."
Bella mengabaikan serentet pertanyaan Isabella. Ia juga memilih acuh pada segala macam nada kekhawatiran milik Teressa. Semua terasa seperti dengungan, ketika ia tidak mendapati keberadaan Elard dimanapun. Dan ia ketakutan setengah mati dengan fikiran negatif bahwa dirinya telah kehilangan Elard hingga hal itu berhasil menggetarkan sekujur tubuhnya. Bella harus bersusah payah memunculkan suaranya dengan getar tanya suara panik nan parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
Storie d'amoreMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...