42 ~ A glimmer of hope

1K 58 5
                                    

Pagi itu, Bella terbangun dengan gejolak perut yang menggila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Bella terbangun dengan gejolak perut yang menggila. Kerongkongannya terasa sakit saat perasaan ingin muntah itu terasa menyiksanya. Jadi, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Bella berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan segala hal yang terasa mengganjal perutnya. Namun yang ia dapat hanya berupa cairan-cairan bening menjijikkan.

Perasaan seperti ini terasa tidak asing dengan saat pertama kalinya Bella mengalami mual hebat hingga berakhir muntah di jalanan bersama Elard. Dimana pada waktu itu, dirinya belum menyadari bahwa dalam tubuhnya kini tengah ada pertumbuhan dari sesosok manusia lain. Dan jika seandainya dulu ia paham bahwa dirinya tengah mengandung, Bella mungkin akan sangat menjaga hal tersebut. Jadi, ketika hal seperti ini terjadi lagi padahal dirinya tidak lagi hamil, itu terasa mengganggu dirinya.

Maka, dengan tubuh yang terasa gemetar, Bella arahkan tangannya yang mendingin ke arah perutnya yang kini hanya di lapisi pakaian tipis. Dan betapa terkejutnya dirinya ketika menyadari bahwa permukaan tersebut tidak lagi terasa rata. Dan itu jelas menggetarkan perasaan Bella. Menyusupkan perasaan membuncah yang entah berasal darimana.

Segala macam praduga baik sedang berebut untuk menguasai kepala Bella sekarang. Hingga ia biarkan disana ribut dengan pengharapan yang kini merambat dengan cepat.

Dan bagaimana bisa ia tidak menyadari hal tersebut selama ini?

"Ini tidak mungkin kan?" Mengupayakan nada suaranya mengudara dengan pelan, Bella mencoba mencari pegangan pada dinding kamar mandi demi menopang tubuhnya yang terasa lemah seketika.

"Oh... bagaimana bisa?" Dengan air mata yang sudah kembali berderai di pipinya, Bella merapalkan segala macam doa penuh permohonan. Secercah harapan yang kembali terbit ini seolah mampu menyirami harapan Bella yang hampir mengering dan ingin menyerah pada keadaan.

Maka, dengan tekad yang tiba-tiba terasa menggebu, Bella langkahkan kakinya dengan tergesa ke arah luar kamar. Keterkejutan jelas langsung menerpa seluruh atensi para penghuni rumah. Sebab tak biasanya Bella terbangun di jam yang ternyata masih begitu pagi seperti saat ini.

"Ada apa Bella?" Oydis yang pertama kali bangun dari lamunannya. Karena setelah itu, ia dengan cepat berdiri untuk menghampiri Bella yang kini tengah berdiri kaku dengan mata yang tampak berbinar? Tunggu dulu... Oydis tidak salah melihat pancaran itu bukan?

"Hey... ada apa?"

"Oy---dis... aku--- aku---"

"Tenang Bella! Tarik nafas. Kau bisa memulai nya dengan pelan-pelan. Ingat apa kataku kemarin? Kau tidak boleh terlalu stres."

Mengabaikan segala bentuk peringatan Oydis, Bella berseru dengan tergesa. "Aku bisa merasakannya Oydis. Disini---" Lalu setelahnya, Bella arahkan tangan Oydis yang semula bertengger pada masing-masing bahunya ke arah perut, dirinya mendongak demi menyalurkan perasaan membuncah ini pada sahabatnya.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang