EPILOG

2.1K 47 1
                                    

8 Bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8 Bulan kemudian....

Menurutmu, bagaimana definisi cinta itu? Apa itu semacam jalinan keterikatan antara dua pasang manusia yang saling mendamba? Atau hanya cetusan tanpa makna demi mengelabui perasaan semata? Sebab apapun itu, muara dari kata sakral tersebut hanya sebuah kebersamaan. Titik temu yang sering kali di agungkan dengan landasan pengorbanan. Setidaknya, begitu menurut sebagian orang.

Namun, kerap kali dalam beberapa kesempatan semesta turut ikut campur saat pembentukannya. Pertemuan-pertemuan kecil yang berujung pada sebuah kesepakatan diantara simpangan jalan yang bersebelahan. Jad ketika kemudian takdir juga menyertakan kesetujuannya, sebuah kebersamaan akan jauh terasa lebih mudah.

"Hy sayang-sayang mama."

Ada yang berbeda dari 8 bulan kehidupan Bella kini. Paginya terasa lebih ramai. Dan ia akan selalu terbangun dengan untaian kata syukur yang tak hentinya ia panjatkan. Sebab dengan kemurahan hati sang Semesta, Bella kembali di perkenankan menyecap kata bahagia. Hal yang menjadi cetusan dari terbitnya senyum lebar yang ia perlihatkan pada putri-putrinya setiap pagi seperti ini.

"Owh... kali ini Elle yang bangun terlebih dahulu?" Sambil bergumam dengan tangan yang aktif menggapai udara, putri keduanya itu berceloteh riang dengan begitu menggemaskan. Menyebabkan tawa Bella mengudara dengan semakin deras. Sebab setelahnya, Esha--- Putri pertamanya juga turut terbangun akibat ulah tangan sang adik yang memukul-mukul riang hingga mengenai wajah Esha yang masih terlelap di sebelahnya.

Raneisha Patricia Zheroun serta Ranielle Patricia Zheroun. Putri-putrinya yang menggemaskan. Mereka terlahir dengan perjuangan penuh. Melewati proses operasi mengerikan dengan taruhan sebuah nyawa. Namun siapa sangka, mereka dapat hadir di dunia ini dengan sehat meski dalam keadaan prematur. Bella bahkan baru menjumpai mereka pertama kali setelah beberapa hari tidak sadarkan diri.

Ingatan tentang pertemuan pertamanya dengan anak-anaknya masih terasa segar dalam ingatan Bella. Ia sempat ingin meraung dengan sedih saat menyadari perutnya sudah tak lagi membesar seperti yang terakhir kali ia ingat saat terbangun. Sehingga segala prasangka buruk serta ketakutan pekat mulai menggetarkan seluruh tubuhnya. Ia dilanda kengerian akan suatu kehilangan berulang. Sebab mungkin saja, ceroboh itu telah diam-diam merenggut suatu nyawa. Bella--- hanya takut.

Tapi kemudian, suara tangis kencang dari bayi-bayi mungil dalam balutan kain yang berhasil menenggelamkan tubuhnya--- menghentikan kehisterisan Bella. Ia sempat menoleh dengan gugup kala Isabella Zheroun serta Bibi Mery menghampirinya dengan kedua tangan yang sama-sama sibuk menimang satu bayi. Mencoba menenangkan bayi-bayinya yang tampak mengerti akan kehadiran Mamanya.

Rebakan rasa haru seolah berkumpul dalam tenggorokan Bella ia merasa tercekat dan kehilangan kata-kata. Tangisnya pecah dengan derai kebahagiaan yang tak bisa ia tutup-tutupi.

"Mereka mungkin haus, jadi mau mulai mencoba menyusuinya?" Suara Isabella terlantun dengan lirih, dan Bella tidak tau atas sebab suara yang terdengar begitu lemah seolah kehilangan tenaga dan daya.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang