Sudahkah Bella mengatakan bahwa perasaan diinginkan seperti ini yang selalu Bella harapkan? Meski sekarang rasanya badannya seolah kehilangan seluruh daya, Bella tidak keberatan. Ia tidak peduli jikapun ia harus lumpuh asal perasaan membuncah ini tetap bersemayam dalam dirinya. Ya, Bella akui ia mungkin mulai gila. Namun siapa yang akan peduli ketika berada dalam gendongan hangat Elard seperti ini ternyata jauh lebih membuat Bella tidak waras. Kejadian tadi seolah menjadi suguhan nyata bahwa Elard begitu mendamba akan dirinya.
"Kenapa senyum-senyum tidak jelas seperti itu?"
Bella menggeleng sebagai jawaban. Bibirnya sedikit berkedut akibat senyum yang ingin ia lepas. Dan ia lebih memilih untuk menyerukan kepalanya lebih dalam pada dada bidang Elard. Menyembunyikan rona merah pada wajahnya saat adegan di dalam kamar mandi tadi masih berkelebat dalam otaknya.
Oh... tiba-tiba Bella kembali ingin merasakannya lagi. Sial! Ada apa dengan pikiran kotor ini?
"Kita akan kemana?" Bella bertanya saat ternyata ia merasakan Elard membawanya turun melewati tangga.
"Memberimu makan."
"Ya tentu kau harus. Aku kelaparan setengah mati sampai untuk menggerakkan badan saja rasanya aku tidak punya tenaga."
"Tidak punya tenaga, tapi bisa berteriak dengan sangat keras."
"Elard!" Bella menghardik dengan memukul bahu Elard keras. Terlalu malu jika kembali di goda perihal itu.
"Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
Bella hampir saja kembali melayangkan sebuah protes. Namun teriakan nyaring milik Isabella Zheroun dari arah depan mengurungkan niatnya. Menyebabkan ia harus kembali menelan sumpah serapah yang sudah berada di ujung lidahnya.
"Astaga Bella! Kau tidak apa-apa?" Isabella bertanya dengan panik saat melihat Bella terbaring lunglai di atas gendongan Elard.
"Tidak apa-apa mom." Jawab Bella dengan nada yang ia buat dengan semeyakinkan mungkin. Mencoba menghilangkan getar khawatir pada Isabella akan dirinya. Karena sungguh, Bella tidak apa-apa. Ia hanya merasa lemas saja karena belum memakan apapun semenjak pagi tadi. Terlebih, tenaganya harus terkuras habis akibat kegiatan dirinya dan Elard yang seolah tidak memiliki tombol berhenti.
"Kau! Sudah kubilang jangan terlalu memaksanya."
"Aku tidak memaksanya mom. Hanya tidak tau saja bagaimana caranya berhenti."
Sebelum Isabella kembali mengomeli Elard, Bella sudah terlebih dahulu bersuara. Melerai pertengkaran tidak penting yang bisa saja terjadi dikarenakan dirinya.
"Turunkan aku!"
"Apa?"
"Ck, kau tidak dengar? Turu---AAAA!"
Pekikan nyaring Bella bergema di tengah lorong kosong mansion. Kakinya yang tidak siap untuk menopang tubuhnya sendiri terpaksa ambruk hingga menyebabkan dia jatuh terjerembab ke lantai. Dasar Elard keparat!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...